Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label Character Stories. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Character Stories. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Juni 2017

Why Asians Are Less Creative Than Westerners

 Ada sebuah buku kontroversial yg ditulis oleh seorang professor dari University of Queensland yang teryata membuka mata hati saya mengenai sesuatu. Easteners dan Westeners, dua komunitas yang jauh berbeda baik dari segi lifestyle, edukasi, maupun pola berpikir. Professor yg bernama Ng Aik Kwang tersebut , memberikan gambaran perbedaan tersebut dilihat dari segi edukasi dan pola berpikir di antara keduanya sekaligus memberikan solusinya. Berikut ini adalah kutipan dari buku tersebut yang berjudul "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001). 

Kutipan di bawah ini,  diambil dari milis mahasiswa di program studi yg sedang saya tekuni. Semoga bermanfaat. Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001), yang dianggap kontroversial itu, tapi ternyata menjadi "best seller", mengemukakan tentang perbedaan yang nyata antara Easteners dan Westeners dari segi edukasi dan pola berpikir. http://www.idearesort.com/trainers/T01.p) 

Mengemukakan beberapa hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang. 

•       Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak. 
•       Bagi org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar. 
•       Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut. Oleh karena itu, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun). Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi dan kreativitas. 
•       Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat-nya sifat eksploratif sbg upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai. 
•       Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah. 
•       Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan tambahan. Dalam bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sebagai berikut : 
•       Hargai proses. Hargailah org krn pengabdiannya bukan karena kekayaannya. 
•       Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya. 
•       Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya. 
•       Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang 
•       Dasar kreativitas adlh rasa penasaran & berani ambil resiko. AYO BERTANYA! 
•       Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dgn bangga kalau kita tidak tahu. 
•       Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya. Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi. 

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/gigihhelma051089/why-asians-are-less-creative-than-westerners_55009f6aa333118d735113e2

Kamis, 19 Desember 2013

Mengenal Teknis dan Non Teknis dalam Keseimbangan Hidup











MENGENAL TEKNIS dan NON-TEKNIS
DALAM KESEIMBANGAN HIDUP
Beberapa pertanyaan atau perdebatan cukup menarik kami dapatkan dalam konseling sbb:
  1. Seorang anak remaja yang saat ini sedang masa kuliah, mempertanyakan mengapa sang ortu yang katanya sudah banyak belajar tentang kepribadian, hipnosis dsb tetap memaksakan kehendaknya kepada dirinya yang sudah seharusnya bisa ambil keputusan. Bahkan bisa lebih ngambek kalau tidak dituruti.
  2. Mereka yang telah mengambil gelar setelah kuliah begitu mahal, ternyata tidak seperti yang diharapkan para ortu, wali dan terutama pimpinan di tempat pekerjaannya. Sebagai contoh apakah karyawan  memiliki gelar Sarjana lebih baik atau menguntungkan perusahaan dari pada karyawan non gelar pada saat ini?
  3. Begitu banyak profesional yang nyasar dalam bidang pekerjaan yang bukan jurusannya, sehingga saat ini bisa dilihat fenomena unjuk rasa akibat mereka stres dan merasa pihak luar perusahaan yang mengajak demo itulah harapan besarnya. Jangan dikira yang mendukung demo itu level buruh lho, banyak yang mendompleng situasi tsb dengan alasan kalau buruh dinaikkan maka otomatis pasti "nyundul".
  4. Perdebatan memilih pemimpin yang mana diinginkan ternyata tidak seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memilihnya. Misalnya syarat memilih pemimpin yang baik itu harus lebih kuat soal Teknis (gelar, pengalaman dsb) atau Non Teknis (kejujuran, kewibawaan dsb) mana yang lebih diutamakan.

Untuk bisa menjawab ke empat hal tsb diatas, mari kita berpikir secara logika sbb:
  1. Bagaimana bila kita mencoba mengukur temperatur dengan alat ukur penggaris, atau
  2. mengukur berat badan dengan jam dinding atau
  3. mengukur kecepatan dengan stop watch.
Yang mana dari ketiga pengukuran tadi yang benar?

APA ALAT UKUR SALARY SEORANG PEMULA, PROFESIONAL dan PERUSAHAAN?
  1. Ketika seseorang melamar pekerjaan apakah lazim menggunakan alasan/”UKURAN” kenaikan harga sewa rumah, susu, dsb untuk menentukan SALARY-nya?
  2. Demikian pula apakah rasio Pendapatan dan Pengeluaran terhadap SDM sudah pernah diukur?
  3. Saat seseorang profesional mengajukan alasan/”UKURAN” kenaikan SALARY dengan ukuran kenaikan harga shampoo atau cicilan mobil?
  4. Bagaimana perusahaan secara keseluruhan mengukur masa depan PENDAPATAN SDM dan PERUSAHAAN sendiri


4 Tahap

Secara naluri manusia pasti akan mencari cara untuk mengukur sesuatu yang “penting” (disadari atau tidak) dengan akal budi-nya untuk bisa mengaturnya karena rupanya itulah kepentingannya:
  1. Tahap Mengenal
  2. Tahap Mengukur/Mengatur
  3. Tahap Merencanakan
  4. Tahap Menciptakan

Tahap 1 (mengenal)
Kalau kita lihat setiap orang diberikan waktu 24 jam sama rata oleh Tuhan, akan tetapi mengapa tidak semua orang menyadarinya? Atau mengapa hanya beberapa orang yang bisa menghargainya dengan tepat waktu setiap saat? Disinilah kita bisa melihat mereka yang telah meng "hargai" sebuah karunia Tuhan dengan cara mengukur (dengan alat yang tepat contohnya: sebuah jam).
Tahap 2
(mengukur dan mengatur)
Setelah seseorang senang bisa mengukur waktu dengan jamnya, maka mereka mencoba membuat janji untuk melakukan sesuatu dan saat itulah mereka perlu mengatur waktunya (dengan alat yang namanya AGENDA) untuk bekerja lebih efisien dalam 24 jam. Sebuah pemikiran yang simpel bukan?
Dengan tahap 1 dan 2 saja kita tanpa sadar sudah diajarkan sedari kecil bahwa begitu pentingnya saat belajar di sekolah.  Anda pasti sudah lolos semua melewati masa-masa tsb soal AGENDA sampai dengan kelas di SD.

Tahap 3 (merencanakan)
Mengingat begitu bervariasinya janji dan "to do list" seseorang, maka kita mulai belajar mengenal perencanaan lebih ketat tidak hanya untuk hari ini saja, karena semua persoalan tidak bisa diselesaikan dalam 24 jam, maka sebagian besar kita mulai belajar membuat RENCANA dalam jadwal mingguan atau bulanan bahkan tahunan. Biasanya di sekolah kita semua juga sudah belajar jadwal bulanan atau semesteran sampai dengan di SMP bukan?
Tahap 4 (menciptakan)
Akhirnya kita sampai juga di SMA dimana sudah mulai banyak kita belajar MENCIPTAKAN sesuatu dengan waktu yang tersedia. Beberapa sekolah SMP mengijinkan siswanya ikut dalam lomba2 yang mencipta juga. Disinilah kita bisa melihat mereka yang pintar dan cerdas menggunakan waktunya, biasanya mendapatkan reward yang luar biasa sebagai bekal mereka untuk lulus ke jenjang pendidikan selanjutnya.

CONTOH HASIL 4 TAHAP
  1. Bila kita belajar sekian jam, maka bisa “menciptakan” NILAI sekian.
  2. Bila kita bekerja sekian jam, maka bisa “menciptakan” UPAH sekian

Dengan demikian, kita bisa menambah NILAI atau UPAH kita:
  1. Menambah “JAM BELAJAR/KERJA” atau/dan
  2. Meningkatkan “EFISIENSI/EFEKTIVITAS BELAJAR/KERJA”
Manakah PILIHAN TERBAIK MENURUT ANDA? Tentunya bukan dengan ber-“unjuk rasa” kerja sama dengan pihak luar bukan?

Fakta-fakta yang kita bisa cari di google:
SDM kita terbukti sangat handal dan bahkan semenjak pelajar INDONESIA meraih banyak juara TERATAS di berbagai olimpiade iptek di tingkat dunia
¢  http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/10/01/915/185364/SDM-Indonesia-Terbaik-Keempat-di-Dunia
¢  Metrotvnews.com: Berdasarkan Indeks Dinamika Global 2013 dari Grant Thornton, Indonesia saat ini masuk ke dalam urutan lima besar dunia sebagai negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) terbaik. Hasil survei yang dilakukan Grant Thonton itu dirilis setelah menakar lingkungan pertumbuhan ekonomi dari 60 negara terbaik di dunia dan menempatkan Indonesia di posisi keempat.
Pelajar Indonesia Juara.png
Gbr hasil search google: Pelajar Indonesia Juara

Akan tetapi mengapa setelah berkarir, SDM kita terbukti terkorup dan tertinggal...
¢  http://m.rmol.co/news.php?id=99244
¢  Berdasarkan penilaian World Economic Forum (WEF) pada 2012 tercatat daya saing Indonesia masih rendah dibandingkan dengan perusahaan internasional maupun lingkungan regional Asean. Indonesia berada di peringkat 50 pada  tahun lalu dari 144 negara di bawah Singapura (urutan kedua), Malaysia (urutan 25), Brunei Darussalam (urutan 28), dan Thailand (urutan 38).

Demikian juga data yang diterbitkan oleh United Nations Development Programs (UNDP) tentang Indeks Pencapaian Teknologi dan Indeks Pembangunan Manusia. Indonesia menempati urutan 124 dari 178 negara, selain itu data keadaan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2012 yang tumbuh 6,2%.
Indonesia juara korupsi.png
Gbr hasil search google: Juara Korupsi

Mari kita coba cermati dimana sumber permasalahannya:
¢  Dimulai dari sekolah:
Teknis dan Non Teknis Sekolah_Kuliah.png
Gbr Saat ber-sekolah/kuliah soal Teknis belum tentu diimbangi dari pelatihan Non Teknis

¢  Demikian pula saat berpacaran sd berkeluarga:
Teknis dan Non Teknis Berpacaran_Berkeluarga.png
Gbr Saat ber-pacaran dan ber-keluarga soal Teknis belum tentu diimbangi dari kemampuan Non Teknis

¢  Juga saat bekerja atau berbisnis:
Teknis dan Non Teknis Berbisnis.png
Gbr Saat ber-karir soal Teknis belum tentu diimbangi dari kemampuan Non Teknis

¢  Di sekolah ataupun di tempat kerja kemampuan TEKNIS seseorang bisa secara otomatis didapatkan dan langsung bisa dilihat RAPOR-nya. Akan tetapi inilah persoalannya, Rapor NON TEKNIS tidak pernah dikeluarkan atau dikenali, tetapi justeru hanya menjadi bahan rapat atau curhat antar pimpinan atau teamwork. Tanpa disadari inilah yang terjadi kekecewaan yang muncul dan itulah ke empat perdebatan yang terjadi di awal tulisan ini.
Sekarang sudah semakin jelas mana yang gampang diajarkan secara TEKNIS dan mana yang tentunya juga bisa diajarkan secara NON TEKNIS, terlebih kita bisa melihat sebenarnya yang lebih diutamakan dalam sebuah profesionalitas IDEAL adalah GABUNGAN KEDUANYA bukan? (coba dibaca kata2 satu baris dengan kata sambung DAN, sungguh luar biasa bukan?
Teknis dan Non Teknis Berbisnis IDEAL.png
Gbr Kombinasi SANGAT IDEAL Teknis dan Non Teknis sebagai PASSION OF TEAMWORK

Kita sekarang mencoba melihat dari sisi bahwa setiap SDM ibarat sebuah wadah, memiliki kapasitas yang bisa terus berkembang untuk menampung “berkat” yang dicurahkan oleh YME. Sama seperti hujan yang diberikan YME diberikan merata kepada setiap orang, dan mereka yang bisa menampungnya maka ybs akan bisa menerima, menikmati berkat- berkat tersebut dan tidak terbuang. Dimana pertumbuhan dinding2 kapasitas SDM tsb sangat bergantung dengan sisi vertikal (NON TEKNIS) dan sisi horisontal (TEKNIS):

¢  Bila sisi TEKNIS dan NON TEKNIS yang berkembang seimbang maka bisa, kapasitas SDM akan meningkatkan meningkat dan sekaligus meningkatkan daya tampung berkat yang tersedia:
 Bertumbuhnya Wadah SDM Teknis dan Non Teknis.png

Gbr: Wadah kapasitas SDM bila sisi TEKNIS dan NON TEKNIS yang berkembang seimbang
Bekal pelatihan SDM yang tidak seimbang antara TEKNIS dan NON TEKNIS akan menyebabkan SDM sangat mudah menjadi stres, seperti yang kita lihat/dengan berita-berita saat ini:
  1. http://www.beritametro.co.id/peristiwa/ingatkan-pejabat-tak-nyalakan-ponsel-dalam-pesawat-febriani-malah-dipukul
  2. http://www.bartytheme.com/mp3/kenapa-sosiolog-ui-thamrin-tomagola-disiram-air-oleh-munarman-jubir-fpi.html
  3. Dan masih banyak lagi...

Sudah di Tahap Berapakah Anda?
¢  Sekarang, sudah di tahap berapakah Anda? Sudahkah kita mengerti mengapa anak2 sekolah masih bisa menjawab 2 tahun lagi akan menjadi apa sementara mereka yang lebih dewasa malah tambah bingung?
¢  Dan sekarang sudahkah kita pahami mengapa masih terjadi “salah asuhan” dalam membina SDM baik dalam keluarga, sekolah maupun di tempat kerja?


MENGAPA FAKTOR NON-TEKNIS (attitude) BEGITU SULIT DIKENDALIKAN?
  1. Adanya kebiasaan pola pikir yang keliru: apa yang didoakan secara verbal dan non verbal (tertulis) contoh: FB dan NYANYIAN TRADISI
Minta Kerja.png
  1. Kurangnya kesadaran PELATIHAN dan CARA yang tepat sedari AWAL (masa probation)
  2. ASUMSI fatal: TEKNIS menghasilkan NON-TEKNIS secara otomatis
Semoga dengan informasi ini kita semua bertambah peduli tentang pelatihan TEKNIS dan NON TEKNIS yang seimbang. Btw, Pelatihan NON TEKNIS sama sekali bukan pelatihan SOFT SKILL. 

Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI.
HP/WA: 0818-839469
Twitter: @williamwiguna
www.facebook.com/groups/careplusindonesia/

Senin, 21 November 2011

Meng"harga"i Kelemahan

Meng”harga”i Kelemahan

Sangat sulit bahkan tersembunyi buat kita yang menterjemahkan secara teori apa itu "menghargai kelemahan". Bahkan kita cenderung menghindari dan sangat jengkel bila seseorang mengungkit2 kelemahan diri kita. Sebaliknya kalau kita membicarakan kelemahan orang lain atau bisa juga meng-gosip-kan orang lain betapa kita cenderung mau tahu dan rasanya kita jadi tampak "lebih suci" dari orang tersebut.

Mengapa kita memiliki kecenderungan seperti ini?
Mungkin dengan sebuah cerita bisa kita lebih mengerti kondisi tersebut:
Di dalam sebuah pesta, ada sekelompok Ibu2 sedang ber-gosip ria, dan tepat ketika itu ada seorang Ibu lain yang melewati kelompok ini. Seorang Ibu katakanlah si Polan, yang sedang asyik berbicara langsung melongo dan berkomentar tentang Ibu yang baru lewat tsb, “tuh, lihat sombong sekali wanita itu. Mentang2 kaya pakai anting berlian sebesar itu? Mau pamer sama siapa sih? Dasar sombong sekali ya tuh?”. Dan teman-temannya seperti dikomando langsung bersetuju-ria dan lanjut mendiskusikan serta bergosip ke”sombong”an sang Ibu ber-anting berlian yang sudah jauh melewati mereka.

Sekarang, menurut Anda siapakah sang Ibu yang sombong sebenarnya? Sangat mudah sekali bukan melihat bahwa dia yang melontarkan justeru dialah yang menunjukkan dirinya sebagai seorang yang sombong. Sebagaimana kita mengukur orang lain demikianlah diri kita diukur.

Mungkin Anda akan segera berkilah, “wah kalau aku yang disitu sih ngga bakalan terpancing dan akan cuekin tuh si Polan atau sang Ibu ber-anting berlian” atau “saya pasti akan tegur si Polan” serta mungkin “ngapain sih ngomongin orang lain...”. Mungkin juga Anda sesudah membaca cerita tadi dan langsung bisa melihat situasi dengan obyektif. Akan tetapi saat Anda yang di situasi yang mungkin mirip seperti itu ketika berdiskusi soal pimpinan yang hobi menyanyi di mana2, anggota DPR yang berani pamer mobil bernilai milyar-an, soal kekayaan pejabat dsb, apakah Anda bisa merasa lebih obyektif seperti merespon cerita si Polan tadi? Atau ikutan menjadi hakim atau cuma mem”bumbu”i-nya?

Amat sangat baik bila kita sendiri sebenarnya bisa melakukan hal yang sama ketika melihat kelemahan orang lain, sebenarnya itulah cermin kelemahan yang ada pada diri kita sendiri. Konyolnya, kita sendiri yang melakukan pengakuan di depan orang terdekat dengan diri kita karena merasa semakin leluasa. Sebagai ilustrasi adalah sbb: ada seorang suami yang disindir terus tiap hari oleh sang isteri bahwa tiap pagi sang istri tetangga selalu dicium mesra oleh suaminya sebelum berangkat kerja. Tanpa sadar sang suami langsung menjawab, “... saya juga mau banget cium si isteri tetangga tsb tiap hari tapi takut dia ngga mau...” Apa kira-kira reaksi sang isteri setelah tahu apa yang ada di pikiran sang suami?

Terlalu banyak teori atau “gajah depan mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan terlihat” atau “balok depan mata tidak tampak, debu di mata orang tampak”, yang terjadi dan bisa kita menertawakan diri sendiri. Saya sendiri masih berjuang contohnya, sering bisa ingatkan anak saya untuk selalu disiplin kalau sedang main game, tetapi kalau sedang asyik main game sama saja rupanya. Karena baik isteri maupun anak juga ribut kalau saya lagi asyik dan diajak bicara tidak pernah bisa konsentrasi.

Dengan tiga ilustrasi di atas kita sudah bisa melihat apa yang disebut kelemahan bukan? Kelemahan itu tidak akan pernah disadari oleh ybs walaupun dikasih tahu oleh orang yang terdekat dengan diri kita. Mungkin juga dengan diri kita sendiri lho! yaitu bila kita sendiri tidak bisa menerima atau tidak bisa ikhlas (http://www.youtube.com/watch?v=uhrZN3mHeww). Cara kita membela diri bahkan dilengkapi dengan kambing hitam, adalah cara kuno kita untuk meng-“harga”i kelemahan diri kita yang tentu saja sangat tidak tepat bukan? Lebih tepatnya kita bisa ber”cermin” bukan dengan orang lain tetapi ber”cermin”-lah dengan diri kita (http://www.youtube.com/watch?v=ql_FdvD5nNs&feature=related).

Menghargai kelemahan dengan lebih baik bisa dimulai juga dengan menonton film ini (http://www.youtube.com/watch?edit=vd&v=NgmnE-nBpjk) yaitu cerita tentang kesaksian seorang isteri yang memberikan kata-kata kenangan terakhir saat pemakaman sang suami. Kelemahan sang suami seperti suka ngorok dan kentut saat tidur dulunya sangat mengganggu, tetapi sang isteri bisa cepat memahami kalau justeru saat sang suami saat sakit keras, bahwa ngorok dan kentut adalah tanda sang suami masih bertahan hidup. Demikianlah saat sungguh-sungguh sang suami sudah tiada, sang isteri bisa testimoni bahwa (maaf) ngorok dan kentut adalah “beautifully imperfection that make perfect”.

Sekarang kembali kepada kita, bagaimana kita bisa mengenali dan men”siasati” kelemahan tersebut? Memang perlu waktu dan teman seumur hidup untuk seutuhnya kita “tahu diri” dan akhirnya bisa bilang, Terima Kasih Tuhan karena telah Engkau ijinkan untuk memakai pasangan, keluarga dan teman-teman membuat saya semakin wangi di dalam perjalanan kembali kepada YME...

Perlu teman untuk berdiskusi seumur-hidup soal “kelemahan” (IMPERFECTION) yang bisa menjadi KEKUATAN KITA (PERFECTION in OUR LIFE)? Join atau hubungi kami di www.careplusindonesia.com atau di FB GROUP: https://www.facebook.com/groups/careplusindonesia/

Salam Karakter,
Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI.
Care Plus Indonesia®
The First Life Time® Program & Counseling

PIN BBM: 2144922D
Twitter @williamwiguna
FB: William Wiguna
HP: 0818-839469, 021-94746539
william.wiguna@gmail.com
william@careplusindonesia.com

www.careplusindonesia.com (NEW, REDESIGNED!)
www.bestcharacters.blogspot.com

Senin, 30 Maret 2009

Paradoks Hidup Modern

Sebuah pesan indah dari Komedian - George Carlin :

Paradoks dalam zaman di masa hidup kita adalah
bahwa kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi tetapi kesabaran yang pendek,
jalan bebas hambatan yang lebih lebar tetapi sudut pandang yang lebih sempit.

Kita mengeluarkan uang lebih banyak, tetapi memiliki lebih sedikit.
Kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.
Kita memiliki rumah yang lebih besar dan keluarga yang lebih kecil, lebih nyaman, tetapi waktu yang lebih sedikit.
Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit,
Kita lebih banyak pengetahuan, tetapi penilaian yang lebih sedikit,
Kita lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah,
Kita lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.

Kita minum dan merokok terlalu banyak,
meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh,
tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat,
marah terlalu besar, tidur terlalu larut,
bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit,
menonton TV terlalu banyak, dan berdoa terlalu jarang.

Kita telah melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.
Kita terlalu banyak berbicara, terlalu jarang mencintai, dan terlalu sering membenci.
Kita telah belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.
Kita telah menambah tahun-tahun dalam hidup kita, tetapi bukan kehidupan dalam tahun tahun tersebut.
Kita telah mencapai bulan, tetapi memiliki masalah dalam menyeberang jalan dan menemui tetangga baru.
Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.
Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik.
Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.
Kita telah mengalahkan atom, tetapi bukan rasa diskriminasi.
Kita menulis lebih banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit.
Kita berencana lebih banyak, tetapi mencapai lebih sedikit.
Kita telah belajar untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu.
Kita membuat lebih banyak komputer untuk menampung lebih banyak informasi, menghasilkan fotocopy yang lebih banyak, tetapi kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.

Ini adalah zaman dimana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat, orang besar dengan karakter yang kecil, keuntungan yang tinggi dan hubungan yang renggang.
Ini adalah zaman dimana ada dua penghasilan tetapi lebih banyak perceraian, rumah yang lebih mewah tetapi keluarga yang berantakan.

Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat, popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang, hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang melakukan segalanya dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh.

Ini adalah zaman dimana banyak barang di etalase showroom dan tak ada stok dalam ruang persediaan.
Zaman dimana teknologi dapat menyampaikan surat ini kepada Anda, dan zaman dimana Anda dapat memilih apakah Anda akan berbagi renungan ini, atau hanya tekan "hapus".

Ingatlah,
luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan ada selamanya.

Ingatlah,
ucapkan kata yang baik kepada orang yang memandang Anda dengan ketakutan, karena si kecil tersebut akan segera tumbuh besar dan meninggalkan Anda.

Ingatlah,
beri pelukan hangat kepada orang di sisi Anda, karena itulah satu-satunya harta yang dapat Anda berikan dengan hati dan tidak membutuhkan biaya.

Ingatlah,
katakan "saya menyayangimu" kepada pasangan Anda dan orang yang Anda kasihi, tetapi dengan penuh makna.
Ciuman dan pelukan akan memperbaiki luka ketika dilakukan dari lubuk hati yang paling dalam.

Ingatlah,
bergandeng tangan dan nikmati saat itu karena suatu hari orang tersebut tidak akan ada lagi.

Berikan waktu untuk mencintai, berikan waktu untuk berbicara!
Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga di benak Anda.

DAN INGATLAH SELALU:
Hidup tidak diukur oleh jumlah nafas kita, tetapi oleh saat-saat yang menghabiskan nafas kita.

Bahan diterima dari Iwan Sandi

Selasa, 06 Januari 2009

Pensil

From : "aga madjid"

"Setiap orang pernah membuat kesalahan.
Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya" (Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya.
Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil.
Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. gagal berfungsi sebagai alat tulis.
Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal."

"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".

"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".

"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu" .

"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat".

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini.
Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Hilang arah
Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.

Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan.
Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.

Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.

Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.

Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.

Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.

Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi dan melayani' yang diajarkan oleh Tuhan kita.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan.

MENDENGAR LEBIH BAIK

Suatu hari, seorang dari desa mengunjungi temannya di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap orang yang lalu-lalang sangat menganggu orang desa itu. Kedua orang itu kemudian berjalan-jalan dan tiba-tiba orang desa itu berhenti, menepuk pundak temannya dan berbisik, "Berhentilah sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?"

Teman kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata, "Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang lalu-lalang. Apa yang kau dengar?"

"Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya."

Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?"

Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."

Orang desa itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok suatu rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali.

Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengar kan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan- jalan, orang kota itu berkata kepada teman desanya, "Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik dari kami."

Orang desa itu tersenyum dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkannya kepadamu!"

Lalu, orang desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan.

Kata orang desa itu, "Tahukah kamu sobat, suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian, banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya kita perhatikan."

Sahabat,..

Seringkali rutinitas pekerjaan membawa kita kepada fokus kehilangan hati nurani...apalagi dalam situasi yang sulit orang sering kehilangan arah makin tersesat dalam rimba kehidupan, orang tidak lagi bisa mendengar suara hati nurani.. terlebih suara TUHAN.
mereka lebih melihat apa yang biasa dilihat dan lebih mendengar dengan apa yang biasa dia dengar.. hati nurani menjadi tumpul. dan muncullah orang-orang yang suka menghalalkan segala cara...
mungkin hasil sementara bisa menyelesaikan masalah, tetapi hasil akhirnya pasti bisa ditebak yaitu menuju ke sebuat titik yang namanya kehancuran.

Perenungan hari ini adalah : TETAPLAH MENDENGAR DENGAN HATI !!!

Filipus Gudel
Motivator

7%

By: Vincent

Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".

Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.

Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.
Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.
Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.
Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA"

Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.
Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"

Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik"
"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri "

Diperkirakan bahwa 93% penerima tidak akan memforward cerita ini . Bila anda termasuk sisa 7% yang akan memforward nya, lakukanlah dengan memberi judul 7% pada title nya.

Saya termasuk yang 7% tadi, ingatlah saya akan selalu ada untuk berbagi sendok dengan anda!

Selasa, 18 November 2008

CACAT

Sebuah toko hewan peliharaan (pet store) memasang papan iklan yang menarik
bagi anak-anak kecil, "dijual anak anjing". Segera saja seorang anak
lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya "Berapa harga anak anjing yang
anda jual itu?"

Pemilik toko itu menjawab, "Harganya berkisar antara 30 - 50 Dollar."

Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa
keping uang, "Aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat
anak anjing yang anda jual itu?"

Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya.
Tak lama dari kandang anjing munculah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti
oleh lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong
toko. Tetapi, ada satu anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling
belakang.

Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan
tampak cacat itu. Tanyanya, "Kenapa dengan anak anjing itu?

Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai
kelainan di pinggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing yang
cacat itu."

Pemilik toko itu menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat
itu. Tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu."

Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Aku
tak mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak
anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang
lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya
mempunyai 2,35 Dollar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 Dollar
sampai lunas harga anak anjing itu."

Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, kau jangan membeli anak anjing ini. Dia
tidak bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaiman anak
anjing lainnya."

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya.
Dari balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap
pemilik toko itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari dengan
cepat. Aku pun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana
anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan
seseorang yang mau mengerti penderitaannya."

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut
matanya. Ia tersenyum dan berkata, "Aku akan berdoa setiap hari agar
anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau."

Bahkan mereka yang cacat pun mempunyai nilai yang sama dengan mereka yang
normal?????



Hanya orang yang pernah mengalami penderitaan yang bisa menolong dan
menyelami penderitaan orang lain. pandanglah sekitar anda..mungkin mereka
tidak seberuntung kita..dan mungkin anda belum pernah mengalami penderitaan sedahsyat mereka... hal tersebut yang kadang membuat mata hati kita tumpul.. atau sebaliknya.. ketika anda mengalami penderitaan.. justru hal tersebut
membuat kita bisa memahami penderitaan orang lain..
kesimpulannya adalah : JANGAN TUNGGU SAMPAI ANDA MENDERITA DULU BARU ANDA BISA MEMAHAMI ORANG LAIN !!!...

Selamat Berkarya...

Filipus Gudel

Sabtu, 08 November 2008

WATER AND LIFE

WATER AND LIFE

A group of working adults got together to visit their University lecturer.
The Lecturer was happy to see them.
Conversation soon turned into complaints about stress in work and life.
The Lecturer just smiled and went to the kitchen to get an assortment of
cups - some porcelain, some in plastic, some in glass, some plain looking
and some looked rather expensive and exquisite.
The Lecturer offered his former students the cups to get drinks for
themselves.
When all the students had a cup in hand with water, the Lecturer spoke:
"If you noticed, all the nice looking, expensive cups were taken up,
leaving behind the plain and cheap ones.

While it is normal that you only want the best for yourselves, that is the
source of your problems and stress.
What all you wanted was water, not the cup, but we unconsciously went for
the better cups."
"Just like in life, if Life is Water, then the jobs, money and position in
society are the cups.
They are just tools to hold/maintain Life, but the quality of Life doesn't
change."
"If we only concentrate on the cup, we won't have time to enjoy/taste the
water in it."

To Understand Wife (which having C Characters)


A man walking along a California beach was deep in prayer. Suddenly the sky clouded above his head and, in a booming voice, the Lord said, "Because you have TRIED to be faithful to me in all ways, I will grant you one wish."

The man said, "Build a bridge to Hawaii so I can drive over anytime I want."The Lord said, "Your request is very materialistic. Think of the enormous challenges for that kind of undertaking. The supports required to reach the bottom of the Pacific! The concrete and steel it would take! It will nearly exhaust several natural resources. I can do it, but it is hard for me to justify your desire for worldly things. Take a little more time and think of something that would honor and glorify me."

The man thought about it for a long time. Finally he said, "Lord, I wish that I could understand my wife. I want to know how she feels inside, what she's thinking when she gives me the silent treatment, why she cries, what she means when she says 'nothing's wrong,' and how I can make a woman truly happy."

The Lord replied, "You want two lanes or four lanes on that bridge?"

The moral of this story:

Wife...think that it is impossible to have a husband to understand you. Start to express yourself or God will make four lanes that bridge...

KEPALA IKAN

Alkisah pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek -nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga
besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan.

Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut. Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan
gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.

Disela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat
romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan danmemberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.

Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran.

Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek:

"Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan
ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan
ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu.
Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini."

Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab:
"Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan
yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang
sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku."

Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Merekapun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang
hadir sehingga akhirnya merekapun ikut terharu.

MORAL OF THE STORY:
Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri suatu hubungan
yang sudah berjalan cukup lama dan tidak mengalami masalah yang berarti,
kandas di tengah-tengah karena hal yang sepele, seperti masalah pada cerita
di atas. Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita mengenali pasangan kita
masing-masing
. Hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yang dilandasi
dengan keterbukaan. Oleh karena itu, mulailah kita membina hubungan kita
berlandaskan pada kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain. Seperti sudahkah TAHU DIRI SENDIRI dan TAHU PASANGAN kita?

Cats in the craddle (I wanna be like you, Dad....)


Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan
mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang
cucu. Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang
masih aktif itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan
keluarga di masa senja usia.

Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak balita, mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah kira-kira kisah mereka.

Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta
tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah
kerumah anaknya yang bekerja di sana .

Di situlah awal pembicaraan "menyimpang" dimulai. Ia mengeluh,

" Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main."

"Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata jangan datang sekarang
karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba, yang
penting saya bisa lihat cucu."

Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain.

"Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota , itu masih dapat dimengerti," katanya.

"Anak saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu."

"Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon."

Ada lagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya mengengok anak
laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di
Amerika.

Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya,"Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia ?"

"Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan pulang."

Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan
kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah
para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya.

Suami saya bertanya, "Apakah suatu saat kita juga akan mengalami hidup
seperti mereka?" Untuk menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya
sebuah syair lagu berjudul Cat's In the Cradle karya Harry Chapin.
Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam
bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia .

Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap
untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai 'tak ingat kapan
pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan
mulai lucu bertingkah.

Namun aku tahu betul ia pernah berkata,

"Aku akan menjadi seperti Ayah kelak"

"Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata,

"Terima kasih atas hadiah bolanya Ayah, wah ... kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola"

"Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang"

Ia hanya berkata, "Oh ...."

Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku. Ya, betul aku akan sepertinya"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu aja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah; Begitu gagahnya ia, dan aku
memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar
dengan Ayah"

Dia menengok sebentar sambil tersenyum,"Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya?"

"Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan"

"Nak, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah;

Suatu saat aku meneleponnya. "Aku ingin bertemu denganmu, Nak"

Ia bilang, "Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak
ada waktu. Ayah tahu, pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak
sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul
aku senang mendengar suara Ayah"

Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari; Dia tumbuh besar persis seperti aku; Ya betul, ternyata anakku "aku banget".

Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu peduli dan menjaga apa yang
diinvestasikannya. Saya sering melantunkan cuplikan syair tersebut
dalam bahasa aslinya,

"I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you",

kapan saja ketika suami saya sudah mulai melampaui batas kesibukannya.