Bagaimana menginvestasikan Karakter Anda menjadi Aset SIKAP (Attitude) yang menguntungkan SEUMUR HIDUP? Menjual Tanpa Pernah Ditolak, Memimpin Dengan Otoritas, Menyelesaikan Konflik Menjadi Peluang dan Membuat Goal Setting, dengan KONSEP: Attitude Performance Indicator, Bimbingan Belajar dan "Money Back Guarantee" serta Free Lifetime Counseling.
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Setuju tidak setuju, adalah sebuah fakta bahwa pola pikir kita sangat menetukan cara kerja kita. Ketika masih duduk di bangku TK, kita...
-
MENGENAL TEKNIS dan NON-TEKNIS DALAM KESEIMBANGAN HIDUP Beberapa pertanyaan atau perdebatan cukup menarik ...
-
Widi Keswianto SE,MM,AFP,FChFP " Kita adalah Karunia Ciptaan Tuhan yang Luar Biasa yang sebenarnya berteknologi tinggi & memiliki...
-
Tweet Sepotong lagu yang selalu populer saat kita masih balita dan dipopulerkan langsung oleh orang tua atau orang terdekat kita saa...
Senin, 13 Oktober 2008
Bagaimana dan Mengapa Karakter itu Menjadi Penting?
Tweet
Kebutuhan orang akan bisa menyesuaikan diri melalui PENGETAHUAN (ijazah sekolah dsb, buku-buku, kursus dsb) dan PENGALAMAN (baik pengalaman kerja maupun keahlian) saja tampaknya tidak lagi menjadi yang terutama.
Ada hal-hal yang lebih penting yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang untuk menunjukkan dirinya didalam kinerja/pekerjaan atau dalam hubungan sosial/keluarga yang menjadi sangat tidak relevan dengan hanya mengandalkan modal PENGETAHUAN dan PENGALAMAN saja. Hal ini sering kita temui ketika orang-orang yang diperkirakan memiliki kemampuan yang diatas rata-rata berdasarkan kedua hal tsb, ternyata justeru mereka inilah yang menjadi biang masalah. Akibatnya, kita menjadi pesimis dan takut mem"prediksi" kemampuan seseorang sebelum kita "MENCOBA"-nya.
Kita lihat sendiri, apakah seseorang yang ber"PENGETAHUAN" leadership, lulusan S3, memiliki banyak sertifikat, rekomendasi dari orang yang sangat penting dsb bisa memiliki KINERJA yang baik di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?
Demikian juga apakah seseorang yang telah ber"PENGALAMAN" menjadi Pimpinan Perusahaan/Organisasi, menjadi Suami/Isteri, menjadi Teman Setia, menjadi Teman Bisnis, menjadi Ahli baik bidang sekuler ataupun non-sekuler dsb bisa dijamin memiliki KINERJA yang baik juga di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?
Bukankah dari kedua hal inilah biasanya orang dinilai bukan? Coba saja kita lihat lowongan yang beredar di media utama, pasti yang menjadi syarat adalah Ijazah dan/atau Pengalaman Kerja.
Padahal, kita bisa lihat sendiri bahwa belum tentu kedua hal tersebut merupakah pilihan yang terbaik yang orang tersebut lakukan mengingat sistem pendidikan dan keuangan di negara kita masih sangat meragukan. Sehingga siapapun yang sebenarnya merasa yakin dengan kedua hal tersebut silahkan merenungkan atau lebih tepatnya merefleksikan-nya dengan salah satu film fenomenal yang pernah kita miliki "LASKAR PELANGI".
Dari film tersebut, kita bisa melihat bahwa adanya kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan PENGETAHUAN dan PENGALAMAN, yaitu pendidikan KARAKTER.
Ada orang yang sangat mengerti bahwa dengan keadaan yang buruk bahkan teramat buruk, maka bagi orang-orang yang dibimbing dengan pembimbing yang benar maka otomatis pendidikan dan pembentukan KARAKTER akan OTOMATIS DIBENTUK. Sehingga banyak orang yang dengan pesimis mengatakan bahwa kalau anaknya orang kaya mungkin bisa tambah kaya tetapi belum tentu menjadi manusia yang ber-karakter baik. Dan contoh sudah ada didepan mata kita bukan?
Demikian juga sistem Manajemen dan Duplikasi kepemimpinan (Leadership) sangat meragukan kemampuan "ZONA NYAMAN" orang yang mau dididik, sehingga mereka juga biasa tidak ragu-ragu melakukan ekstrim kiri bertindak "kejam" untuk membuat suasana yang "buruk" agar anak didikya bisa "TAU DIRI" atau ekstrim kanan yaitu membuat suasana "angin sorga" sehingga anak didiknya bisa ingat "BUDI".
Ternyata pengalaman kami sebagai Coach menunjukkan gejala yang diluar dugaan, yaitu telah timbulnya situasi "seperti kacang lupa dengan kulitnya". Artinya, apa yang telah diberikan ternyata dikembalikan dalam bentuk "pengkhianatan" di kaca mata pendidik/leader-nya.
Jadi apa yang salah apabila seorang Pendidik/Leader telah memberikan baik moril maupun materiil kepada anak didiknya tetapi mereka menjadi seorang yang hebat (yang lupa diri) atau anak didiknya yang bisa saja "muntaber" (mundur tanpa berita alias kabur)?
Ada hal-hal yang sangat tidak disadari oleh kita sebagai manusia melihat manusia. Dan ini merupakan proses duplikasi yang telah berlangsung selama berabad-abad (PENDIDIKAN dan PENGALAMAN kita sbg bangsa Indonesia dijajah). Akibatnya kita gagal melihat seseorang seutuhnya bahkan dimulai dari kita memandang diri kita sendiri.
Ingin lebih jelas bagaimana kita mengenal diri kita dan teman main atau teman kerja lebih dalam? Bagaimana mengetahui bahwa kita sebenarnya kabanyakan teman "MAIN" dari pada teman "KERJA"?
Dapatkan software introduction to BEST CHARACTERS secara FREE!!!
Hubungi:
Ir. William Wiguna, CPHR., CBA.
0818-839469
021-98063014
william.wiguna@gmail.com
Ada hal-hal yang lebih penting yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang untuk menunjukkan dirinya didalam kinerja/pekerjaan atau dalam hubungan sosial/keluarga yang menjadi sangat tidak relevan dengan hanya mengandalkan modal PENGETAHUAN dan PENGALAMAN saja. Hal ini sering kita temui ketika orang-orang yang diperkirakan memiliki kemampuan yang diatas rata-rata berdasarkan kedua hal tsb, ternyata justeru mereka inilah yang menjadi biang masalah. Akibatnya, kita menjadi pesimis dan takut mem"prediksi" kemampuan seseorang sebelum kita "MENCOBA"-nya.
Kita lihat sendiri, apakah seseorang yang ber"PENGETAHUAN" leadership, lulusan S3, memiliki banyak sertifikat, rekomendasi dari orang yang sangat penting dsb bisa memiliki KINERJA yang baik di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?
Demikian juga apakah seseorang yang telah ber"PENGALAMAN" menjadi Pimpinan Perusahaan/Organisasi, menjadi Suami/Isteri, menjadi Teman Setia, menjadi Teman Bisnis, menjadi Ahli baik bidang sekuler ataupun non-sekuler dsb bisa dijamin memiliki KINERJA yang baik juga di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?
Bukankah dari kedua hal inilah biasanya orang dinilai bukan? Coba saja kita lihat lowongan yang beredar di media utama, pasti yang menjadi syarat adalah Ijazah dan/atau Pengalaman Kerja.
Padahal, kita bisa lihat sendiri bahwa belum tentu kedua hal tersebut merupakah pilihan yang terbaik yang orang tersebut lakukan mengingat sistem pendidikan dan keuangan di negara kita masih sangat meragukan. Sehingga siapapun yang sebenarnya merasa yakin dengan kedua hal tersebut silahkan merenungkan atau lebih tepatnya merefleksikan-nya dengan salah satu film fenomenal yang pernah kita miliki "LASKAR PELANGI".
Dari film tersebut, kita bisa melihat bahwa adanya kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan PENGETAHUAN dan PENGALAMAN, yaitu pendidikan KARAKTER.
Ada orang yang sangat mengerti bahwa dengan keadaan yang buruk bahkan teramat buruk, maka bagi orang-orang yang dibimbing dengan pembimbing yang benar maka otomatis pendidikan dan pembentukan KARAKTER akan OTOMATIS DIBENTUK. Sehingga banyak orang yang dengan pesimis mengatakan bahwa kalau anaknya orang kaya mungkin bisa tambah kaya tetapi belum tentu menjadi manusia yang ber-karakter baik. Dan contoh sudah ada didepan mata kita bukan?
Demikian juga sistem Manajemen dan Duplikasi kepemimpinan (Leadership) sangat meragukan kemampuan "ZONA NYAMAN" orang yang mau dididik, sehingga mereka juga biasa tidak ragu-ragu melakukan ekstrim kiri bertindak "kejam" untuk membuat suasana yang "buruk" agar anak didikya bisa "TAU DIRI" atau ekstrim kanan yaitu membuat suasana "angin sorga" sehingga anak didiknya bisa ingat "BUDI".
Ternyata pengalaman kami sebagai Coach menunjukkan gejala yang diluar dugaan, yaitu telah timbulnya situasi "seperti kacang lupa dengan kulitnya". Artinya, apa yang telah diberikan ternyata dikembalikan dalam bentuk "pengkhianatan" di kaca mata pendidik/leader-nya.
Jadi apa yang salah apabila seorang Pendidik/Leader telah memberikan baik moril maupun materiil kepada anak didiknya tetapi mereka menjadi seorang yang hebat (yang lupa diri) atau anak didiknya yang bisa saja "muntaber" (mundur tanpa berita alias kabur)?
Ada hal-hal yang sangat tidak disadari oleh kita sebagai manusia melihat manusia. Dan ini merupakan proses duplikasi yang telah berlangsung selama berabad-abad (PENDIDIKAN dan PENGALAMAN kita sbg bangsa Indonesia dijajah). Akibatnya kita gagal melihat seseorang seutuhnya bahkan dimulai dari kita memandang diri kita sendiri.
Ingin lebih jelas bagaimana kita mengenal diri kita dan teman main atau teman kerja lebih dalam? Bagaimana mengetahui bahwa kita sebenarnya kabanyakan teman "MAIN" dari pada teman "KERJA"?
Dapatkan software introduction to BEST CHARACTERS secara FREE!!!
Hubungi:
Ir. William Wiguna, CPHR., CBA.
0818-839469
021-98063014
william.wiguna@gmail.com
Langganan:
Postingan (Atom)