Aku baru masuk kuliah saat bertemu dengan Keluarga White. Mereka sangat berbeda dengan keluargaku, namun aku langsung merasa betah bersama mereka menyambutku -orang luar- seperti sepupu jauh. Dalam keluargaku, jika ada masalah, menyalahkan orang itu selalu penting. 'Siapa yang melakukan ini?' ibuku membentak melihat dapur berantakan. 'lni semua salahmu, Katharine,' ayahku berkeras jika kucing berhasil keluar rumah atau mesin cuci piring rusak.
Sejak kami kecil, aku dan saudara-saudaraku saling mengadu. Kami menyiapkan kursi untuk si Terdakwa di meja makan. Tapi Keluarga White tidak mencemaskan siapa berbuat apa. Mereka merapikan yang berantakan dan melanjutkan hidup mereka. lndahnya hal ini kusadari penuh pada musim panas ketika Jane meninggal. Keluarga White memiliki enam anak: tiga lelaki, tiga perempuan. Satu putranya meninggal saat masih kecil, mungkin karena itulah kelima yang tersisa menjadi dekat.
Di bulan Juli, aku dan tiga putri White memutuskan berjalan-jalan naik mobil dari rumah mereka di Florida ke New York. Dua yang tertua, Sarah dan Jane, adalah mahasiswa, dan yang terkecil, Amy, baru menginjak enam belas tahun. Sebagai pemilik SIM baru yang bangga, Amy gembira ingin melatih keterampilan mengemudinya selama perjalanan itu..
Dengan tawanya yang lucu, ia memamerkan SIM-nya kepada siapa saja yang ditemuinya. Kedua kakaknya ikut mengemudikan mobil pada bagian pertama perjalanan, tapi saat mereka tiba di daerah yang berpenduduk jarang, mereka membolehkan Amy mengemudi. Suatu tempat di South Carolina , kami keluar dari jalan tol untuk makan.
Setelah makan, Amy mengemudi lagi. Ia tiba di perempatan dengan tanda stop untuk mobil dari arah kami. Entah ia gugup atau tidak memperhatikan atau tidak melihat tandanya tak akan ada yang tahu. Amy terus menerjang perempatan tanpa berhenti. Pengemudi trailer semi-traktor besar itu tak mampu mengerem pada waktunya, dan menabrak kendaraan kami.
Jane langsung meninggal. Aku selamat hanya dengan sedikit memar. Hal tersulit yang kulakukan adalah menelepon Keluarga White dan Memberitakan kecelakaan itu dan bahwa Jane meninggal. Sesakit apa pun perasaanku kehilangan seorang sahabat, aku tahu bagi mereka jauh lebih pedih kehilangan anak. Saat suami-istri White tiba di rumah sakit, mereka mendapatkan dua putri mereka di sebuah kamar. Kepala dibalut perban; kaki Amy digips. Mereka memeluk kami semua dan menitik kan air mata duka dan bahagia saat melihat putri mereka. Mereka menghapus air mata kedua putrinya dan menggoda Amy hingga tertawa sementara ia belajar menggunakan kruknya. Kepada kedua putri mereka, dan terutama kepada Amy, berulang-ulang mereka hanya berkata, 'Kami gembira kalian masih hidup.' Aku tercengang. Tak ada tuduhan. Tak ada tudingan.
Kemudian, aku menanyakan Keluarga White mengapa mereka tak pernah membicarakan fakta bahwa Amy yang mengemudi dan melanggar rambu-rambu Lalu lintas. Bu White berkata, 'Jane sudah tiada, dan kami sangat merindukannya. Tak ada yang dapat kami katakan atau perbuat yang dapat menghidupkannya kembali. Tapi hidup Amy masih panjang. Bagaimana ia bisa menjalani hidup yang nyaman dan bahagia jika ia merasa kami menyalahkannya atas kematian kakaknya?'
Mereka benar. Amy lulus kuliah dan menikah beberapa tahun yang lalu. Ia bekerja sebagai guru sekolah anak luar biasa. Putrinya sendiri sudah dua, yang tertua bernama Jane. Aku belajar dari Keluarga White bahwa menyalahkan sebenarnya tidak penting, bahkan, kadang-kadang, tak ada gunanya sama sekali, hanya buang energi yang sia-sia. (Author Unknown)
Beberapa Pesan moral yang dapat saya ambil dari cerita diatas :
• Betapa indah dan nyamannya dunia ketika "tiada orang yang suka menyalahkan"
• Kesedihan akan kehilangan tak mesti membuat kita terpuruk melainkan ada fokus lain yang juga lebih penting untuk kita pikirkan jauh ke masa depan. "fokus pada manfaat bukan benar atau salah"
• Belajar untuk sportif dan ikhlas menerima ujian hidup – we create own reality
• "Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future."
• Mengapa kita tidak mulai untuk tak mudah meyalahkan rekan, bawahan, teman, istri, suami, anak, orang tua, kakak, adik tetangga, atau siapapun atas segala bentuk kejadian yang tidak menyenangkan. "The Map is not The Territory
Regards,
Yocelyne Afriliance
Bagaimana menginvestasikan Karakter Anda menjadi Aset SIKAP (Attitude) yang menguntungkan SEUMUR HIDUP? Menjual Tanpa Pernah Ditolak, Memimpin Dengan Otoritas, Menyelesaikan Konflik Menjadi Peluang dan Membuat Goal Setting, dengan KONSEP: Attitude Performance Indicator, Bimbingan Belajar dan "Money Back Guarantee" serta Free Lifetime Counseling.
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Setuju tidak setuju, adalah sebuah fakta bahwa pola pikir kita sangat menetukan cara kerja kita. Ketika masih duduk di bangku TK, kita...
-
MENGENAL TEKNIS dan NON-TEKNIS DALAM KESEIMBANGAN HIDUP Beberapa pertanyaan atau perdebatan cukup menarik ...
-
Widi Keswianto SE,MM,AFP,FChFP " Kita adalah Karunia Ciptaan Tuhan yang Luar Biasa yang sebenarnya berteknologi tinggi & memiliki...
-
Tweet Sepotong lagu yang selalu populer saat kita masih balita dan dipopulerkan langsung oleh orang tua atau orang terdekat kita saa...
Selasa, 06 Januari 2009
Pensil
From : "aga madjid"
"Setiap orang pernah membuat kesalahan.
Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya" (Pepatah Jepang)
Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya.
Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil.
Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.
"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. gagal berfungsi sebagai alat tulis.
Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal."
"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".
"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".
"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu" .
"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat".
Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.
Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini.
Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.
Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.
Hilang arah
Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.
Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan.
Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.
Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.
Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.
Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.
Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.
Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.
Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi dan melayani' yang diajarkan oleh Tuhan kita.
Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan.
"Setiap orang pernah membuat kesalahan.
Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya" (Pepatah Jepang)
Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya.
Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil.
Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.
"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. gagal berfungsi sebagai alat tulis.
Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal."
"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".
"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".
"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu" .
"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat".
Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.
Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini.
Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.
Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.
Hilang arah
Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.
Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti. Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan.
Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.
Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.
Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.
Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.
Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.
Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.
Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi dan melayani' yang diajarkan oleh Tuhan kita.
Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan.
MENDENGAR LEBIH BAIK
Suatu hari, seorang dari desa mengunjungi temannya di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap orang yang lalu-lalang sangat menganggu orang desa itu. Kedua orang itu kemudian berjalan-jalan dan tiba-tiba orang desa itu berhenti, menepuk pundak temannya dan berbisik, "Berhentilah sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?"
Teman kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata, "Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang lalu-lalang. Apa yang kau dengar?"
"Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya."
Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?"
Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."
Orang desa itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok suatu rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali.
Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengar kan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan- jalan, orang kota itu berkata kepada teman desanya, "Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik dari kami."
Orang desa itu tersenyum dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkannya kepadamu!"
Lalu, orang desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan.
Kata orang desa itu, "Tahukah kamu sobat, suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian, banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya kita perhatikan."
Sahabat,..
Seringkali rutinitas pekerjaan membawa kita kepada fokus kehilangan hati nurani...apalagi dalam situasi yang sulit orang sering kehilangan arah makin tersesat dalam rimba kehidupan, orang tidak lagi bisa mendengar suara hati nurani.. terlebih suara TUHAN.
mereka lebih melihat apa yang biasa dilihat dan lebih mendengar dengan apa yang biasa dia dengar.. hati nurani menjadi tumpul. dan muncullah orang-orang yang suka menghalalkan segala cara...
mungkin hasil sementara bisa menyelesaikan masalah, tetapi hasil akhirnya pasti bisa ditebak yaitu menuju ke sebuat titik yang namanya kehancuran.
Perenungan hari ini adalah : TETAPLAH MENDENGAR DENGAN HATI !!!
Filipus Gudel
Motivator
Teman kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata, "Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang lalu-lalang. Apa yang kau dengar?"
"Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya."
Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?"
Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."
Orang desa itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok suatu rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang desa itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali.
Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengar kan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan- jalan, orang kota itu berkata kepada teman desanya, "Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik dari kami."
Orang desa itu tersenyum dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkannya kepadamu!"
Lalu, orang desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan.
Kata orang desa itu, "Tahukah kamu sobat, suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian, banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya kita perhatikan."
Sahabat,..
Seringkali rutinitas pekerjaan membawa kita kepada fokus kehilangan hati nurani...apalagi dalam situasi yang sulit orang sering kehilangan arah makin tersesat dalam rimba kehidupan, orang tidak lagi bisa mendengar suara hati nurani.. terlebih suara TUHAN.
mereka lebih melihat apa yang biasa dilihat dan lebih mendengar dengan apa yang biasa dia dengar.. hati nurani menjadi tumpul. dan muncullah orang-orang yang suka menghalalkan segala cara...
mungkin hasil sementara bisa menyelesaikan masalah, tetapi hasil akhirnya pasti bisa ditebak yaitu menuju ke sebuat titik yang namanya kehancuran.
Perenungan hari ini adalah : TETAPLAH MENDENGAR DENGAN HATI !!!
Filipus Gudel
Motivator
7%
By: Vincent
Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".
Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.
Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.
Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.
Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.
Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA"
Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.
Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"
Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik"
"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri "
Diperkirakan bahwa 93% penerima tidak akan memforward cerita ini . Bila anda termasuk sisa 7% yang akan memforward nya, lakukanlah dengan memberi judul 7% pada title nya.
Saya termasuk yang 7% tadi, ingatlah saya akan selalu ada untuk berbagi sendok dengan anda!
Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".
Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.
Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.
Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.
Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.
Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA"
Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.
Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"
Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik"
"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri "
Diperkirakan bahwa 93% penerima tidak akan memforward cerita ini . Bila anda termasuk sisa 7% yang akan memforward nya, lakukanlah dengan memberi judul 7% pada title nya.
Saya termasuk yang 7% tadi, ingatlah saya akan selalu ada untuk berbagi sendok dengan anda!
Langganan:
Postingan (Atom)