Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Sabtu, 25 Oktober 2008

The Groundswell Connection Becoming a Civilised Catalyst

Oleh Hermawan Kartajaya
http://kompas.com/read/xml/2008/10/12/02490494/the.groundswell.connection.becoming.a.civilised.catalyst

ADA sebuah buku bagus dan relatif baru yang membahas relasi antara
konsumen dan perkembangan Internet. Judulnya Groundswell. Buku ini
ditulis oleh dua analis dari Forrester Research, Charlene Li dan Josh
Bernoff.

Groundswell didefinisikan oleh kedua penulis sebagai tren sosial di
mana untuk mendapatkan kebutuhannya, orang lebih memilih mencarinya
dari orang lain ketimbang dari produsen atau toko. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi Internet. Contohnya saja situs
eBay. Di sini orang membeli barang dari orang lain, bukan dari toko.
Contoh lainnya adalah Linux. Sistem operasi ini diciptakan secara
gotong-royong oleh individu-individu, bukan oleh perusahaan besar
seperti Microsoft.

Buku ini memang mengupas panjang lebar fenomena groundswell. Salah
satu bagian yang paling menarik adalah segmentasi pelanggan
berdasarkan tingkat aktivitasnya dalam groundswell. Dalam buku ini,
segmentasi tersebut disebut sebagai Profil Social Technographics. Ada
6 profil, yaitu Creators, Critics, Collectors, Joiners, Spectators,
dan Inactives. Profil-profil ini sendiri digambarkan sebagai tangga.
Creators adalah anak tangga paling atas karena merupakan segmen yang
paling tinggi tingkat aktivitasnya, sementara Inactives berada paling
bawah karena merupakan segmen yang paling rendah tingkat aktivitasnya.

Secara ringkas, keenam profil Social Technographics tersebut sebagai
berikut. Creators adalah orang-orang yang paling-tidak sebulan sekali
menulis di blog-nya atau meng-upload video di YouTube. Critics adalah
orang-orang yang memberikan komentar pada blog atau memberikan
penilaian secara online terhadap suatu produk. Collectors adalah
orang-orang yang menyimpan berbagai informasi online pada satu situs,
misalnya menyimpan alamat-alamat situs favorit di situs Delicious.

Sementara Joiners adalah orang-orang yang punya profil di situs social
networking seperti Facebook untuk sekadar menjalin relasi. Spectators
adalah orang-orang yang sekadar membaca blog atau menonton video orang
lain. Dan yang terakhir, Inactives, adalah orang-orang yang tidak
melakukan aktivitas apa-apa walaupun ia sedang online.

Sekarang, seperti sudah saya tulis sebelumnya, untuk menjadi New Wave
Marketers berarti harus selalu melakukan Always-On Connection. Kalau
sekadar terkoneksi namun sifatnya Offline Connection , jangkauannya
akan terbatas. Sementara koneksi yang bersifat Offline & Online
Connection lebih baik, namun tidak bisa terlalu mendeteksi perubahan
lanskap yang berlangsung sangat cepat. Yang terbaik adalah Always-On
Connection. Ini berarti pemasar (baca: Company) selalu punya akses dan
selalu bisa memantau perkembangan terbaru dari 3C lainnya dalam
lanskap bisnis, yaitu Change Agents, Customers, dan Competitors,
dengan perantaraan Connector.

Nah, kembali ke profil Social Technographics tadi. New Wave Marketers
tidak cukup sekadar terkoneksi (Connected) dengan menjadi Joiners atau
malah Spectators saja. Ia harus berupaya untuk semakin naik menuju ke
anak tangga teratas, yaitu Creators. Ini berarti New Wave Marketers
harus aktif mengambil inisiatif untuk menjadi apa yang saya sebut
sebagai Catalyst.

Catalyst ini layaknya katalisator dalam reaksi kimia untuk mempercepat
proses. Artinya, sebuah merekâ€"baik itu merek produk ataupun merek
korporatâ€"yang melakukan corporate blogging harus mau menjadi katalis
pada perbincangan yang ada di lanskap New Wave. Dengan demikian, merek
tersebut berada pada satu tingkat yang sama dengan 3C lainnya tadi
dalam perbincangan yang terjadi.

Dan jangan lupa, lakukan semua itu dengan Civilised alias beradab.
Walaupun di Internet orang bisa melakukan apapun, termasuk memakai
nama samaran, melakukan fitnah, atau melontarkan komentar yang tidak
etis, tapi pada akhirnya hanya mereka yang beradab sajalah yang akan
tetap terjaga reputasinya dan terus dipercaya orang.

Inilah perkembangan pemasar dalam era New Wave Marketing. Untuk
sekadar bertahan hidup (survive), pemasar cukup sekadar terkoneksi
(connected). Ini berarti ia harus punya pengetahuan dan ketrampilan
teknis alias IQ yang baik. Sementara untuk bisa merasakan (sensing)
perubahan pada lanskap bisnis, pemasar harus jadi katalis (catalyst).
Berarti ia harus bisa memahami lingkungan sekitarnya alias harus punya
EQ yang baik. Dan yang terakhir, agar bisa terus berkembang dalam
jangka waktu yang panjang (sustainable), pemasar harus beradab
(civilised). Pemasar seperti ini punya nilai-nilai moral yang tinggi
alias SQ yang baik.

Maka, di era New Wave Marketing ini, jadilah pemasar yang bukan hanya
bisa menjalin relasi dengan orang lain, namun juga bisa mendeteksi
perubahan yang terjadi dan tetap mampu melakukan segala aktivitas
dengan cara-cara yang beradab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar