Bersyukurlah apabila terjadi suatu kesalahan, baik itu bersumber dari orang lain atau diri sendiri.
Belajar sesuatu memang harus bayar harga, sebenarnya kita sudah lebih dahulu bayar terlalu sering tapi belum mampu mengambil pelajarannya.
Reaksi kita terhadap kesalahan itu yang menunjukkan kepada orang lain kita seorang yang BERUNTUNG atau BELUM BERUNTUNG mendapatkan pelajaran tersebut atas "biaya" yang telah kita keluarkan.
(WW)

Bagaimana menginvestasikan Karakter Anda menjadi Aset SIKAP (Attitude) yang menguntungkan SEUMUR HIDUP? Menjual Tanpa Pernah Ditolak, Memimpin Dengan Otoritas, Menyelesaikan Konflik Menjadi Peluang dan Membuat Goal Setting, dengan KONSEP: Attitude Performance Indicator, Bimbingan Belajar dan "Money Back Guarantee" serta Free Lifetime Counseling.
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Setuju tidak setuju, adalah sebuah fakta bahwa pola pikir kita sangat menetukan cara kerja kita. Ketika masih duduk di bangku TK, kita...
-
MENGENAL TEKNIS dan NON-TEKNIS DALAM KESEIMBANGAN HIDUP Beberapa pertanyaan atau perdebatan cukup menarik ...
-
Widi Keswianto SE,MM,AFP,FChFP " Kita adalah Karunia Ciptaan Tuhan yang Luar Biasa yang sebenarnya berteknologi tinggi & memiliki...
-
Tweet Sepotong lagu yang selalu populer saat kita masih balita dan dipopulerkan langsung oleh orang tua atau orang terdekat kita saa...
Selasa, 27 September 2011
Selasa, 20 September 2011
Best Characters: Pa HP saya kecebur di toilet...
Best Characters: Pa HP saya kecebur di toilet...: Begitu kata anak saya di pagi hari. Respon pertama saya adalah langsung bergegas melihat bagaimana posisi HP anak saya. Tentu saja sudah kon...
Minggu, 18 September 2011
Pa HP saya kecebur di toilet...
Begitu kata anak saya di pagi hari. Respon pertama saya adalah langsung bergegas melihat bagaimana posisi HP anak saya. Tentu saja sudah kondisi matot (mati total). Sebenarnya saya tahu berdasar beberapa kali kejadian, HP yang tercebur seharusnya cepat di copot baterainya. Anak saya ternyata belum tahu sehingga setelah tercebur cuma di lap kering lalu dipasang dan itu kejadiannya 24 jam yang lalu.
Kelihatannya ini soal sepele, bagaimana mengimbangi rasa jengkel karena HP mahal rusak dan pelajaran yang harus diberikan kepada anak. Yang jelas setelah bertanya kenapa baru lapor setelah 1 hari, saya mulai mengerti kalau memang saya yang belum sempat ketemu muka dengan anak saya karena kesibukan masing-masing. Memang anak saya belajar minta maaf tetapi saya memberikan pelajaran bahwa walau dia sudah meminta maaf, biaya harus dikeluarkan untuk perbaikan.
Dalam kesempatan ini saya ingin menjelaskan apa itu arti kata: “Memberikan pujian, tantangan, maaf atau nasihat adalah penuh resiko”. Memang itu bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan siapa saja. Apalagi terhadap anak sendiri bukan?
Demikianlah saya selalu mencoba merenungi kembali tindakan dan perkataan dari lingkungan saya dan anak saya pada pagi ini. Saya bertanya apakah kita mau menghindari resiko atau mensiasati resiko? Saya menjelaskan dengan cara melihat bahwa resiko itu adalah KUANTITATIF (Besar atau Kecil) dan bukan KUALITATIF (Ada atau Tidak).
Memiliki HP berarti secara otomatis ybs langsung memiliki resiko. Nah, bagaimana kita meminimalisasi resiko itu adalah dibutuhkan skill/pengalaman dan pengetahuan. Menggunakannya untuk tujuan berguna atau tidak dibutuhkan sikap (attitude).
Merawat HP berarti juga memiliki resiko. Sekalipun kita pakai HP dekat air yang walaupun kecil (seperti toilet), maka akan meningkatkan resiko kerusakan. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan yang lebih baik. Apabila sekalipun HP tsb terkena resiko seperti tercebur, marah dan maaf pun tidak akan mengubah kondisi HP. Jadi justeru disinilah sikap seseorang diuji. Sebelum dan sesudah HP rusak, penilaian orang lain sebenarnya beralih kepada sikap kita. Jangan lagi didebat soal biaya.
Semoga pelajaran ini juga membuat saya lebih siap mengambil sikap yang tepat karena itu pun saya sudah MENAMBAH lagi resiko, tetapi kali ini ada anak saya yang menjadi teman saya memahami masalah yang akan datang. Nathanael, papa tetap sayang walaupun biayanya memang sudah, sedang dan akan tidak sedikit...
Kelihatannya ini soal sepele, bagaimana mengimbangi rasa jengkel karena HP mahal rusak dan pelajaran yang harus diberikan kepada anak. Yang jelas setelah bertanya kenapa baru lapor setelah 1 hari, saya mulai mengerti kalau memang saya yang belum sempat ketemu muka dengan anak saya karena kesibukan masing-masing. Memang anak saya belajar minta maaf tetapi saya memberikan pelajaran bahwa walau dia sudah meminta maaf, biaya harus dikeluarkan untuk perbaikan.
Dalam kesempatan ini saya ingin menjelaskan apa itu arti kata: “Memberikan pujian, tantangan, maaf atau nasihat adalah penuh resiko”. Memang itu bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan siapa saja. Apalagi terhadap anak sendiri bukan?
Demikianlah saya selalu mencoba merenungi kembali tindakan dan perkataan dari lingkungan saya dan anak saya pada pagi ini. Saya bertanya apakah kita mau menghindari resiko atau mensiasati resiko? Saya menjelaskan dengan cara melihat bahwa resiko itu adalah KUANTITATIF (Besar atau Kecil) dan bukan KUALITATIF (Ada atau Tidak).
Memiliki HP berarti secara otomatis ybs langsung memiliki resiko. Nah, bagaimana kita meminimalisasi resiko itu adalah dibutuhkan skill/pengalaman dan pengetahuan. Menggunakannya untuk tujuan berguna atau tidak dibutuhkan sikap (attitude).
Merawat HP berarti juga memiliki resiko. Sekalipun kita pakai HP dekat air yang walaupun kecil (seperti toilet), maka akan meningkatkan resiko kerusakan. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan yang lebih baik. Apabila sekalipun HP tsb terkena resiko seperti tercebur, marah dan maaf pun tidak akan mengubah kondisi HP. Jadi justeru disinilah sikap seseorang diuji. Sebelum dan sesudah HP rusak, penilaian orang lain sebenarnya beralih kepada sikap kita. Jangan lagi didebat soal biaya.
Semoga pelajaran ini juga membuat saya lebih siap mengambil sikap yang tepat karena itu pun saya sudah MENAMBAH lagi resiko, tetapi kali ini ada anak saya yang menjadi teman saya memahami masalah yang akan datang. Nathanael, papa tetap sayang walaupun biayanya memang sudah, sedang dan akan tidak sedikit...
Senin, 22 Agustus 2011
Semakin Marah Semakin Sayang?
Anak saya yang bungsu berusia 7 tahun sering bertanya dengan nada yang ingin supaya disetujui mutlak bila meminta sesuatu. Contohnya: "Pa, boleh Evan main game sekarang?" dan saya tahu kalau jawaban yang diharapkan adalah "ya!". Karena apabila saya jawab "Tidak" maka dia biasanya langsung pasang muka cemberut dan mulai ber"filsafat". Contohnya, "kok ngga sayang Evan", "Papa kok jawabnya marah sih?" dsb. Padahal siapa sih yang ngga sayang sama anak sendiri, juga masa sih sang anak yang marah malah dibilang Papanya yang marah karena bilang tidak sesuai dengan keinginannya. Wah, serba sulit mengerti juga ya kalau sang anak maunya di setujui terus permintaannya. Padahal kita juga yang ajarin dulu waktu masih kecil untuk mulai belajar meminta.
Sekarang saya kembali merenung, mengapa pasangan kita dan anak-anak kita cenderung lebih sensitif kepada orang yang terdekat. Sempat saya komplain kepada mereka (walau sebenarnya ini cuma kerinduan pribadi) kalau mereka lebih banyak suka-citanya kalau dalam lingkungan teman-temannya. Misalnya, kalau saya salah jalan, rasanya sindiran atau teguran dari isteri dan anak-anak lebih "to the point" deh. Padahal kalau dengan teman2nya saya pernah melihat sendiri mereka bisa mengucapkan sambil bercanda dan tidak mempersalahkan kesalahan seperti itu. Yang jelas ada sih rasa "iri" kalau anak saya menunggu temannya pulang sekolah untuk bermain di depan rumah, bertanya terus kepada saya kapan pulangnya sang teman tsb padahal saya di sebelahnya lho.
Kembali kepada anak saya, setelah saya diam dan tidak merespon atas "kemarahan"-nya, maka beberapa lama kemudian dia mulai mendekati saya lagi dan biasanya kami mulai bercanda kembali. Dan kejutan buat saya adalah dia memeluk saya dan mencium sambil mengatakan "I love you Papa". Setelah saya alami sendiri beberapa kali, maka saya mulai menyadari bahwa sikap terhadap "kemarahan" seseorang adalah dengan DIAM. Demikian pula ketika saya yang mulai marah apabila ada seseorang yang saya tegur tidak juga sadar akan ke-"tidak-suka"-an saya atas salah satu perilakunya, saya mulai memberikan juga waktu dan ruang jeda bagi kami berdua untuk merenungi.
Rasanya saya mulai menyadari kalau kita marah dan marah-marah perbedaannya adalah adanya waktu dan ruang jeda. Bagi marah yang positif, tentunya marah hanya pada saat tertentu dan selesai saat itu juga. Sedangkan marah-marah merupakan kebiasaan yang justeru semakin lama semakin tidak sehat karena intensitasnya bisa semakin liar.
Bagaimana marah itu berakibat jelek? Seperti contoh, ada seorang yang gila memukuli orang-orang di pasar. Kemudian gantian orang-orang di pasar memukuli orang gila tsb. Nah, jadi berapa sekarang orang gila di pasar? Tadinya cuma satu orang gila, sekarang mengapa bisa menjadi banyak?
Bagaimana marah bisa berakibat baik? Kita bisa lihat saat ini lebih banyak orang yang "marah" peduli dengan nasib bangsa kita dengan membaca berita-berita di koran Nasional saat ini. Begitu banyak berita yang menurut saya berimbang dan membuat rakyat menjadi cerdas dan memberikan masukan kepada Pemerintah untuk bisa lebih serius menangani segala penyimpangan. Mengapa saya menyebut hal ini sebagai marah yang berakibat baik? Salah satu alasan adalah dengan lebih transparan-nya media melaporkan tindakan penyelewengan dan korupsi maka semakin hati-hati seseorang berbisnis atau berdinas akhir-akhir ini. Salah satunya adalah seorang teman saya menceritakan bahwa kalau ada petugas pajak yang datang ke perusahaan, sekarang ini bahkan saat diberikan air minum pun sang petugas pajak tsb langsung menolak dengan sopan dengan mengatakan, bahwa dia sedang bertugas sebentar saja dan mengatakan kami sudah minum dan akan segera menyelesaikan tugasnya secepatnya.
Contoh lainnya, ketika kami melewati jalan tol Tgr-Jkt yang sangat mulus (saat tulisan ini dibuat bulan Agustus 2011) dan saya berujar bahwa kualitas jalan tol ini sudah seperti di luar negeri, anak saya menimpali bahwa ini gara-gara Nazarudin yang tertangkap. Isteri saya langsung terbahak bahwa anak-anak saja sudah mengerti kalau efek seseorang yang dipublikasikan karena perbuatan negatifnya maka akan membuat para pebisnis juga akan lebih cermat bekerja bukan? Karena itu dampak dari kemarahan rakyat sudah jelas dan pasti atas segala perilaku korupsi.
Kalau begitu Pemerintah seharusnya berterima-kasih kepada mereka yang marah terhadap penyelewengan karena tidak perlu didebat tetapi ini tanda rakyat masih sayang banget dengan Pemerintah bukan?
Akhir kata, kalau kita di"marah"in oleh orang lain, jangan cepat stress atau frustasi dulu atau balas memarahi dulu, tetapi jangan-jangan ini karena ada orang yang menyayangi kita bukan? Tentu saja bukti sayang bukan berarti harus marah ya.
(William Wiguna)
Sekarang saya kembali merenung, mengapa pasangan kita dan anak-anak kita cenderung lebih sensitif kepada orang yang terdekat. Sempat saya komplain kepada mereka (walau sebenarnya ini cuma kerinduan pribadi) kalau mereka lebih banyak suka-citanya kalau dalam lingkungan teman-temannya. Misalnya, kalau saya salah jalan, rasanya sindiran atau teguran dari isteri dan anak-anak lebih "to the point" deh. Padahal kalau dengan teman2nya saya pernah melihat sendiri mereka bisa mengucapkan sambil bercanda dan tidak mempersalahkan kesalahan seperti itu. Yang jelas ada sih rasa "iri" kalau anak saya menunggu temannya pulang sekolah untuk bermain di depan rumah, bertanya terus kepada saya kapan pulangnya sang teman tsb padahal saya di sebelahnya lho.
Kembali kepada anak saya, setelah saya diam dan tidak merespon atas "kemarahan"-nya, maka beberapa lama kemudian dia mulai mendekati saya lagi dan biasanya kami mulai bercanda kembali. Dan kejutan buat saya adalah dia memeluk saya dan mencium sambil mengatakan "I love you Papa". Setelah saya alami sendiri beberapa kali, maka saya mulai menyadari bahwa sikap terhadap "kemarahan" seseorang adalah dengan DIAM. Demikian pula ketika saya yang mulai marah apabila ada seseorang yang saya tegur tidak juga sadar akan ke-"tidak-suka"-an saya atas salah satu perilakunya, saya mulai memberikan juga waktu dan ruang jeda bagi kami berdua untuk merenungi.
Rasanya saya mulai menyadari kalau kita marah dan marah-marah perbedaannya adalah adanya waktu dan ruang jeda. Bagi marah yang positif, tentunya marah hanya pada saat tertentu dan selesai saat itu juga. Sedangkan marah-marah merupakan kebiasaan yang justeru semakin lama semakin tidak sehat karena intensitasnya bisa semakin liar.
Bagaimana marah itu berakibat jelek? Seperti contoh, ada seorang yang gila memukuli orang-orang di pasar. Kemudian gantian orang-orang di pasar memukuli orang gila tsb. Nah, jadi berapa sekarang orang gila di pasar? Tadinya cuma satu orang gila, sekarang mengapa bisa menjadi banyak?
Bagaimana marah bisa berakibat baik? Kita bisa lihat saat ini lebih banyak orang yang "marah" peduli dengan nasib bangsa kita dengan membaca berita-berita di koran Nasional saat ini. Begitu banyak berita yang menurut saya berimbang dan membuat rakyat menjadi cerdas dan memberikan masukan kepada Pemerintah untuk bisa lebih serius menangani segala penyimpangan. Mengapa saya menyebut hal ini sebagai marah yang berakibat baik? Salah satu alasan adalah dengan lebih transparan-nya media melaporkan tindakan penyelewengan dan korupsi maka semakin hati-hati seseorang berbisnis atau berdinas akhir-akhir ini. Salah satunya adalah seorang teman saya menceritakan bahwa kalau ada petugas pajak yang datang ke perusahaan, sekarang ini bahkan saat diberikan air minum pun sang petugas pajak tsb langsung menolak dengan sopan dengan mengatakan, bahwa dia sedang bertugas sebentar saja dan mengatakan kami sudah minum dan akan segera menyelesaikan tugasnya secepatnya.
Contoh lainnya, ketika kami melewati jalan tol Tgr-Jkt yang sangat mulus (saat tulisan ini dibuat bulan Agustus 2011) dan saya berujar bahwa kualitas jalan tol ini sudah seperti di luar negeri, anak saya menimpali bahwa ini gara-gara Nazarudin yang tertangkap. Isteri saya langsung terbahak bahwa anak-anak saja sudah mengerti kalau efek seseorang yang dipublikasikan karena perbuatan negatifnya maka akan membuat para pebisnis juga akan lebih cermat bekerja bukan? Karena itu dampak dari kemarahan rakyat sudah jelas dan pasti atas segala perilaku korupsi.
Kalau begitu Pemerintah seharusnya berterima-kasih kepada mereka yang marah terhadap penyelewengan karena tidak perlu didebat tetapi ini tanda rakyat masih sayang banget dengan Pemerintah bukan?
Akhir kata, kalau kita di"marah"in oleh orang lain, jangan cepat stress atau frustasi dulu atau balas memarahi dulu, tetapi jangan-jangan ini karena ada orang yang menyayangi kita bukan? Tentu saja bukti sayang bukan berarti harus marah ya.
(William Wiguna)
Senin, 15 Agustus 2011
"Mengapa Seseorang Membeli Mobil Mahal?"
Begitulah pertanyaan anak saya yang ABG saat kami jalan sehat di pagi hari ybl. Pertanyaan tersebut terlintas begitu saja ketika Nathanael melihat sebuah mobil Taksi yang masih baru dan mulus melewati kami. Kemudian dia melanjutkan, "Apakah ngga rugi ya beli mobil mahal2?".
Saya berharap disinilah awal diskusi yang sehat untuk dimulai. Saya mencoba berhitung dengan anak saya untuk membeli sebuah mobil katakanlah seharga Rp. 200 juta, dan kemudian setelah 2 tahun dijual dengan harga Rp. 100 juta, sehingga bisa dikatakan seperti anak saya tadi bahwa pasti rugi, yaitu Rp. 100 juta.
Karena minat anak saya bertambah, maka saya coba bantu hitung secara kasar, bahwa selama 2 tahun merugi Rp.100 juta itu berarti sekitar Rp. 140 rib/hari. Nah, saya katakan bahwa kalau mobil dibeli dan tidak dipakai maka sekitar itulah kerugiannya. Kemudian saya ajak dia berpikir, kalau seorang sopir Taksi menggunakan mobil tersebut dan mendapatkan penghasilan rata2 Rp. 400 ribu/hari, maka dia bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 260 ribu/hari, atau sekitar Rp. 180 juta dan bukan rugi Rp. 100 juta dalam 2 tahun tersebut. Sampai disini anak saya langsung kaget dan bertanya "wah berarti tidak rugi dong membeli mobil ya?".
Begitulah akhirnya anak saya mulai menyadari bahwa sebenarnya tubuh dan jiwa kita pun seperti sebuah kendaraan yang diberikan oleh Tuhan untuk kita gunakan. Ada yang menggunakan untuk kegiatan sehingga bisa memberikan hidup bagi orang lain dan ternyata masih ada juga yang hidup tetapi bahkan untuk makan sendiri saja kesulitan. Memang agak susah memahami bahwa saat sekarang ini dengan jumlah waktu yang sama 24 jam dan kondisi fisik yang relatif sama, ternyata output dari seseorang bisa berbeda2, untuk anak seusia Nathanael.
Saat ini anak saya memang masih berumur 13 tahun, tetapi mulai belajar menepati jadwal belajar dan bermain sesuai waktu yang tersedia, tetapi pada pagi itu saya menyadari bahwa dia sedang mendapat kesempatan untuk bisa lebih mengerti bagaimana orang lain menghargai segala suatu pemberian, termasuk pemberian melalui orang tua, pekerjaan dan sebagainya. Kebetulan kami juga pernah mendapatkan kesempatan ketika ada anak kecil yang sedang mengamen di perempatan Cideng, dan kami berikan uang Rp. 10 ribu, dia bisa melihat sendiri bahwa sang anak tersebut mengucapkan terima kasih berkali-kali, dan ini merupakan kesempatan yang langka saat kami bisa menyaksikan sendiri bahwa betapa kita sering lupa berterima-kasih atau kadar bersyukur yang berbeda kalau hidup kita selalu tercukupi dibandingkan saat kita sedang membutuhkan sesuap nasi atau seteguk air minum.
Demikian saya pagi itu saat berjalan sehat dan bersama anak kembali menemukan cara pikir yang sederhana untuk menentukan bagaimana menjelaskan mahal atau tidaknya sesuatu adalah berdasarkan cara kita menghargai dengan sebanyak apa bisa kita berikan manfaat sesuatu bagi orang lain dan bila kita harus mengalami kesusahan supaya kita bisa lebih diingatkan betapa bersyukurnya kita masih bisa hidup.
Orang bijak bilang kalau masih sulit merasa bersyukur, walau sedang menerima cobaan, coba hitung berkat2 yang telah kita terima dari 0 tahun sd sekarang... Saya pernah coba dan hasil hitungannya selesai baru pada keesokan harinya dimana saya selesai bangun dengan segar, seperti halnya pada pagi hari ini. Terima kasih Tuhan atas setiap kesulitan dan berkat yang kami terima...
William Wiguna (45) refleksi bersama Nathanael Wiguna (13)
Saya berharap disinilah awal diskusi yang sehat untuk dimulai. Saya mencoba berhitung dengan anak saya untuk membeli sebuah mobil katakanlah seharga Rp. 200 juta, dan kemudian setelah 2 tahun dijual dengan harga Rp. 100 juta, sehingga bisa dikatakan seperti anak saya tadi bahwa pasti rugi, yaitu Rp. 100 juta.
Karena minat anak saya bertambah, maka saya coba bantu hitung secara kasar, bahwa selama 2 tahun merugi Rp.100 juta itu berarti sekitar Rp. 140 rib/hari. Nah, saya katakan bahwa kalau mobil dibeli dan tidak dipakai maka sekitar itulah kerugiannya. Kemudian saya ajak dia berpikir, kalau seorang sopir Taksi menggunakan mobil tersebut dan mendapatkan penghasilan rata2 Rp. 400 ribu/hari, maka dia bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 260 ribu/hari, atau sekitar Rp. 180 juta dan bukan rugi Rp. 100 juta dalam 2 tahun tersebut. Sampai disini anak saya langsung kaget dan bertanya "wah berarti tidak rugi dong membeli mobil ya?".
Begitulah akhirnya anak saya mulai menyadari bahwa sebenarnya tubuh dan jiwa kita pun seperti sebuah kendaraan yang diberikan oleh Tuhan untuk kita gunakan. Ada yang menggunakan untuk kegiatan sehingga bisa memberikan hidup bagi orang lain dan ternyata masih ada juga yang hidup tetapi bahkan untuk makan sendiri saja kesulitan. Memang agak susah memahami bahwa saat sekarang ini dengan jumlah waktu yang sama 24 jam dan kondisi fisik yang relatif sama, ternyata output dari seseorang bisa berbeda2, untuk anak seusia Nathanael.
Saat ini anak saya memang masih berumur 13 tahun, tetapi mulai belajar menepati jadwal belajar dan bermain sesuai waktu yang tersedia, tetapi pada pagi itu saya menyadari bahwa dia sedang mendapat kesempatan untuk bisa lebih mengerti bagaimana orang lain menghargai segala suatu pemberian, termasuk pemberian melalui orang tua, pekerjaan dan sebagainya. Kebetulan kami juga pernah mendapatkan kesempatan ketika ada anak kecil yang sedang mengamen di perempatan Cideng, dan kami berikan uang Rp. 10 ribu, dia bisa melihat sendiri bahwa sang anak tersebut mengucapkan terima kasih berkali-kali, dan ini merupakan kesempatan yang langka saat kami bisa menyaksikan sendiri bahwa betapa kita sering lupa berterima-kasih atau kadar bersyukur yang berbeda kalau hidup kita selalu tercukupi dibandingkan saat kita sedang membutuhkan sesuap nasi atau seteguk air minum.
Demikian saya pagi itu saat berjalan sehat dan bersama anak kembali menemukan cara pikir yang sederhana untuk menentukan bagaimana menjelaskan mahal atau tidaknya sesuatu adalah berdasarkan cara kita menghargai dengan sebanyak apa bisa kita berikan manfaat sesuatu bagi orang lain dan bila kita harus mengalami kesusahan supaya kita bisa lebih diingatkan betapa bersyukurnya kita masih bisa hidup.
Orang bijak bilang kalau masih sulit merasa bersyukur, walau sedang menerima cobaan, coba hitung berkat2 yang telah kita terima dari 0 tahun sd sekarang... Saya pernah coba dan hasil hitungannya selesai baru pada keesokan harinya dimana saya selesai bangun dengan segar, seperti halnya pada pagi hari ini. Terima kasih Tuhan atas setiap kesulitan dan berkat yang kami terima...
William Wiguna (45) refleksi bersama Nathanael Wiguna (13)
Kamis, 28 Juli 2011
Best Characters: Anak Tipe A dan B
Best Characters: Anak Tipe A dan B: "Sebagai gambaran sederhana adalah seperti ini. Adalah seorang Ayah yang memiliki dua anak menjelang remaja katakanlah A dan B. Suatu ketika ..."
Anak Tipe A dan B
Sebagai gambaran sederhana adalah seperti ini. Adalah seorang Ayah yang memiliki dua anak menjelang remaja katakanlah A dan B. Suatu ketika A mendatangi Ayahnya dan berkata, "Ayah minta dibelikan sepeda dong?". Ketika Ayahnya bertanya, "kenapa ya?", A langsung menjawab bahwa teman2-nya semua sudah pada punya sepeda. Suatu jawaban yang normal bukan?
Kemudian B juga mendatangi Ayahnya, dan berkata, " Ayah, minggu ini kamar kerja Ayah sudah saya rapihkan, mobil Ayah juga sudah saya bantu bersihkan". Sama juga sang Ayah bertanya, "kenapa ya?", B langsung menjawab, "boleh ngga saya dibelikan sepeda?"
Menurut Anda mana permintaan dan alasan yang "membangkitkan semangat" bagi sang Ayah? Bila Anda menjawab yang B, saya juga demikian.
Nah, pertanyaan buat Anda, apakah kebanyakan karyawan (apapun level-nya) di tempat Anda tipe "anak" yang mana? tipe A atau B?
Program Passion of Teamwork Care Plus Indonesia menjamin team Anda akan menjadi tipe B semuanya 100%. Kami sudah melakukan coach gaya baru dalam 2 tahun ini dengan lebih dari 20 perusahaan dengan hasil yang luar biasa dan sangat terukur serta dengan GARANSI SEUMUR HIDUP.
Apabila Anda tertarik, hubungi kami untuk bisa mendapatkan PREVIEW Program 1 jam secara FREE bersama team Anda.
Salam Karakter
Kemudian B juga mendatangi Ayahnya, dan berkata, " Ayah, minggu ini kamar kerja Ayah sudah saya rapihkan, mobil Ayah juga sudah saya bantu bersihkan". Sama juga sang Ayah bertanya, "kenapa ya?", B langsung menjawab, "boleh ngga saya dibelikan sepeda?"
Menurut Anda mana permintaan dan alasan yang "membangkitkan semangat" bagi sang Ayah? Bila Anda menjawab yang B, saya juga demikian.
Nah, pertanyaan buat Anda, apakah kebanyakan karyawan (apapun level-nya) di tempat Anda tipe "anak" yang mana? tipe A atau B?
Program Passion of Teamwork Care Plus Indonesia menjamin team Anda akan menjadi tipe B semuanya 100%. Kami sudah melakukan coach gaya baru dalam 2 tahun ini dengan lebih dari 20 perusahaan dengan hasil yang luar biasa dan sangat terukur serta dengan GARANSI SEUMUR HIDUP.
Apabila Anda tertarik, hubungi kami untuk bisa mendapatkan PREVIEW Program 1 jam secara FREE bersama team Anda.
Salam Karakter
Rabu, 17 November 2010
Power of Differences
Tweet
Tujuan Pelatihan ini adalah sbb:
1. Memperkenalkan atasan, karyawan lama dan karyawan baru agar lebih saling kenal dan tidak ada perasaan negative/salah paham satu sama lain dan lebih mudah dalam bekerja sama.
2. Mengoptimalkan diri sebagai pengusaha dan karyawan dengan membuka pikiran sebesar-besarnya mengenai dunia kerja.
3. Menjelaskan mengenai kekuatan dari perbedaan karakter karyawan terhadap kerja sama di perusahaan sehingga karyawan lama dan baru dimotivasi untuk saling terbuka satu sama lain untuk bekerja sama.
2. Resume Training
Power of Difference dapat diartikan sebagai kekuatan dari perbedaan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan ini dapat menjadi kekuatan atau kelemahan, tergantung cara pandang dan cara meresponinya. Setiap orang dapat memberikan respon bervariasi mengenai perbedaan itu. Contoh: ada pernyataan “makan untuk hidup” atau “hidup untuk makan”. Ada yang menyetujui “makan untuk hidup” karena hidup dipandang lebih dari sakadar makan saja; atau makna hidup tidak terbatas pada makan saja.
2.1 Problem
Problem dapat diartikan sebagai “ujian”. Lima macam problem yang mungkin terjadi di dalam dunia kerja, yaitu salah paham, salah persepsi, kambing hitam (scape goat), kecerobohan, dan kecelakaan (accident). Lima macam problem ini sering terjadi di dalam dunia kerja dan karyawan perlu memahami penyebab terjadinya dan solusinya.
A. Salah Paham
Salah paham dapat terjadi antara atasan dengan karyawan dan antara sesama karyawan. Salah paham itu biasanya terjadi diantara orang yang saling kenal dekat. Contoh mengenai salah paham:
• Pengusaha: ingin untung sebesar-besarnya dengan pengeluaran sekecil-kecilnya. Hal ini berarti perusahaan ingin untung besar, tetapi kurang/tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan. Karyawan: ingin kerja santai dengan gaji besar. . Hal ini berarti karyawan ingin gaji besar tetapi tidak memberi produktivitas kerja yang besar kepada perusahaan. Kalau kedua paham ini diadu, maka bertolak belakang, terjadi salah paham dan memicu konflik antara perusahaan dengan karyawan.
Salah paham terjadi karena salah baca situasi. Karakter yang baik, ternyata belum tentu bisa membaca situasi. Niat yang baik, tetapi belum tentu memberikan hasil yang baik. Atasan dan karyawan harus memiliki kesatuan visi dan misi, saling percaya dan saling bekerja sama agar mencegah/mengatasi terjadinya salah paham dan agar berkembang bersama-sama. Perusahaan menjadi fasilitator, dan karyawan sebagai “investor” dalam bekerja. Visi yang besar bila tidak ditunjang oleh sikap atasan dan sikap karyawan yang benar, maka dapat membahayakan perusahaan. Oleh sebab itu, salah paham harus diselesaikan melalui komunikasi yang terbuka, serta harus berani berbicara yang benar di saat yang tepat.
B. Salah Persepsi
Salah persepsi dapat terjadi karena karyawan biasanya dipersalahkan sehingga menjadi sungkan untuk berpendapat. Penyebab lain adalah adanya pandangan Boss always right; if boss is wrong, but he is still right sehingga karyawan cenderung bersikap tutup mulut saat ada kesalahan dan tidak mau ambil risiko dimarahi kalau berbicara.
Ada beberapa persepsi karyawan yang mungkin muncul dalam bekerja:
• Pamer atau mau bekerja dengan benar (keluar sebagai pemenang); ada karyawan yang perlu diperintah dulu sebelum bekerja, Karyawan yang hanya mau pamer itu akhirnya malah overacting dan kalah.
• Ada juga karyawan yang memberi inspirasi dan sudah tahu sendiri apa yang harus dikerjakan. Tidak cukup hanya menyenangkan atasan, tetapi kemampuan karyawan harus bertambah dan berkembang dalam bekerja seiring dengan bertambahnya masa kerja.
Karyawan memberi input ke atasan dan atasan memberi input ke bawahan agar dapat saling introspeksi diri, kerja sama dan memajukan Perusahaan. Namun, memberi input itu harus pada tempatnya, dan jangan salah memberi input agar tidak fatal akibatnya. Tidak boleh ada perasaan rendah diri, atau merasa yang lain lebih penting dari yang lain. Kalau perusahaan suatu saat bertambah besar, maka perusahaan harus memberi kesempatan untuk berkembang, menerima karyawan baru. Perusahaan pun merasa terhormat karena melakukan ekspansi untuk menerima karyawan baru. Karyawan baru dan karyawan laam itu tetep bekerja sama untuk kemajuan perusahaan. Karyawan harus punya persepsi kerja yang benar, yaitu dengan bekerja maksimal, maka bukan hanya perusahaan yang untung, melainkan juga karyawan dan konsumen ikut puas.
C. Kambing Hitam (Scape Goat)
Kambing hitam adalah sesuatu yang dipersalahkan sebagai ganti kesalahan sendiri. Dalam bekerja mungkin terjadi kesalahan. Karyawan yang tidak mau berbesar hati mengakui kesalahannya, maka cenderung mencari kambing hitam agar ia terbebas dari sanksi. Solusi: antara atasan dan karyawan harus diberi pengertian bahwa mengakui kesalahan/masalah melalui komunikasi terbuka adalah jauh lebih baik daripada mencari kambing hitam.
D. Kecerobohan
Kecerobohan dalam bekerja dapat dicegah. Solusi: yang dibutuhkan adalah hati-hati dan penuh perhitungan dalam bekerja.
E. Kecelakaan
Walaupun sudah bekerja sesuai peraturan, tetapi kecelakaan dapat terjadi. Penyebab kecelakaan, misalnya tidak memperhatikan situasi kerja yang ada (rekan kerja, suasana kerja, terlalu memaksakan diri, nekat, dll) sehingga terjadi kecelakaan. Solusi: perlu komunikasi dengan atasan dan sesama karyawan serta aktif mengamati perubahan dalam lingkungan kerja dan masyarakat.
2.2 Respon atas Problem
Karyawan mungkin tertawa saat terjadi salah paham, salah persepsi, kambing hitam (scape goat), kecerobohan, dan kecelakaan (accident), tetapi tidak boleh marah jika orang lain yang juga menertawakannya. Kelima problem ini merupakan sumber masalah di perusahaan. Pemimpin yang baik seharusnya mengetahui penyebab masalah dan solusinya.
Problem lainnya adalah bagaimana jika diri sendiri yang menjadi korban. Dua sikap yang muncul saat menjadi korban adalah merasa diri sebagai korban lalu mencari korban baru (efeknya berulang); atau mau belajar. Karyawan yang menjadi korban dari masalah seharusnya mengajari karyawan yang lain agar tidak mengalami hal yang sama. Guru lebih pintar daripada murid karena guru selalu mengulangi. Ilmu harus diajarkan bukannya ditutupi. Karyawan dan atasan harus bekerja sama agar tidak jatuh sendirian ked lm lobang yang sama. Kalau ilmu itu diajarkan maka diri sendiri tidak akan lupa dan membuat orang lain jadi ikut pintar juga.
Kelima problem itu dapat diselesaikan dengan peraturan baru dan kerja sama yang baik dan jangan mengandalkan satu atau dua orang saja. Jangan mengambil keputusan jika sedang marah agar tidak membuat keputusan yang salah dan fatal. Problem muncul jika bekerja sendiri sehingga kita harus bekerja sama demi kemajuan pabrik. Tidak ada orang yang siap menghadapi problem, tetapi mereka dapat mempersiapkan agar masalah tidak terjadi lebih parah. Bila karyawan bekerja dengan benar, maka berkat itu datang. Kerja itu sebagai ibadah dan investasi.
2.3 Problem Solusion
Problem itu diartikan sebagai kesempatan, yaitu kesempatan untuk berkembang secara ilmu dan emosional melalui penyelesaian problem. Namun, di dalam problem itu tidak boleh mencari masalah lagi, dan problem tidak boleh dihadapi hanya sendiri. Attitude tiap karyawan dapat diketahui melalui terjadinya masalah itu dapat diketahui mana orang yg ber-attitude baik dan buruk. Sebelum terjadinya masalah, maka attitude karyawan harus baik dahulu. Tidak masalah apakah dia itu karyawan baru atau lama, yang penting adalah kemauan untuk belajar.
Mengenali karakter diri satu sama lain itu butuh waktu dan proses karena itu mengenali orang dimulai dari mengenal karakternya dulu. Karakter itu dapat mempengaruhi pekerjaan satu sama lainnya. Yang penting adalah para karyawan dengan berbagai karakter berbeda itu harus mau bekerja bersama untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dengan kombinasi dari karakter itu, dampak yang diinginkan adalah kekuatan besar untuk menghasilkan perubahan yang lebih baik. Namun, tidak bisa memaksa orang lain berubah seperti yang perusahaan ingin, tetapi yang penting adalah karyawan mengetahui dan mengerti siapa dirinya sendiri. Karyawan yang tahu dan mengerti siapa dirinya sendiri adalah orang yang dapat dibantu dan mau belajar.
2.4 Keberhasilan Yang Penting (Ditujukan untuk Bagian Sales & Marketing)
Ada tiga jenis keberhasilan dalam sales dan marketing, yaitu product selling, personal selling, dan job selling.
• Product selling = produk yang bagus sehingga laku terjual, misalnya merek yang bagus. Sebelum karyawan bekerja di Perusahaan, teryata banyak yang tidak tahu tentang Produk Perusahaan.
• Personal selling = Kemampuan karyawan untuk menjual produk karena kepribadian menyenangkan sehingga bisa menjual produk. Produk bisa laris terjual karena personal serius mengerjakan dan karakter personal yang baik. Personal selling penting untuk semua karyawan agar dapat menjual produknya.
• Job selling = pekerjaan yang menyenangkan sehingga bisa menjual dengan baik. Karyawan harus mengetahui job description yang jelas dan spesifik. Job description akan diubah bila ybs pindah kerja.
Product selling, personal selling, dan job selling ini sama-sama penting, tetapi perlu diketahui kekuatan Perusahaan di mata karyawan dan di mata konsumen. Produk yang laku bukanlah produk yang karyawan suka, tetapi yang konsumen suka. Tugas marketing adalah memperkenalkan kwaci agar lebih dan semakin dikenal masyarakat. Jadi, karyawan harus mengenali diri sendiri, produk, dan target konsumen sehingga dapat menjual produk.
Executive mapping adalah pola pikir bahwa untuk menjadi perusahaan bagus, maka perusahaan harus didukung oleh karyawan yang “bintang”. Proses untuk menjadi karyawan bintang masih sangat terbuka. Misalnya proses itu dimulai dari reservoir (karyawan baru) ke problemer (Job Profile Model), lalu ke star; atau dimulai dari reservoir (karyawan baru) ke performers (personal value), lalu ke star. Penilaian kerja dilakukan secara objektif dari segi personal dan kinerja.
Pedoman perilaku karyawan dalam bekerja adalah pengalaman, sikap, pengetahuan. Setiap orang memiliki sisi kepribadian yang negatif, dan ybs harus diberitahu mengenai keburukannya itu, melalui beberapa cara agar tidak menyinggung perasaannya, misalnya tidak menimbulkan kesalahpahaman/merasa dihakimi; tiap orang bercermin sendiri saja sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing; introspeksi diri sebelum menegur orang lain; tidak menghukum diri sendiri atau orang lain seumur hidup.
2.4 Attitude Kerja Yang Dibutuhkan oleh Konsumen
Beberapa macam attitude kerja yang ada, misalnya wibawa atau tabrak; karisma atau janji manis; rasa aman atau keras kepala; kebijaksanaan atau kritik. Baik konsumen maupun karyawan, membutuhkan partner kerja yang berwibawa, berkarisma, memberi rasa aman, dan bijaksana.
• Tampil berwibawa: belajar lebih sering untuk taat dan katakan “ya” dari dalam hati untuk setiap perintah (pekerjaan) yang diterima. Target: closing.
• Karisma: belajar lebih sering tersenyum dan memberi salam. Target: recruitment.
• Rajin dan damai: melakukan semua tugas di depan mata dan lebih sering mendengarkan respon konsumen, kemudian membuat laporannya. Target: persistency. Semua karyawan harus berikan laporan kerja secara teratur.
• Bijaksana: berpikir lebih sering dan lebih lama sebelum mengatakan tidak setuju atau mengkritik ide seseorang, dan ungkapkan dengan tertulis. Target: goal setting/planning.
Jebakan karakter: terlalu nekat, menghakimi, dan minder. Tidak perlu nekat menghadapi masalah sendiri. Konsultasi terlebih dahulu dan perlu banyak belajar juga sehingga dapat berjalan dengan baik. Atasan juga sebaiknya tidak terlalu overprotektif dan beri kepercayaan kepada karyawan untuk berkembang.
2.5 Kesimpulan
Karyawan dengan karakter yang berbeda-beda satu sama lain, tetapi perbedaan ini harus digunakan untuk fusion (bekerja sama dan bersatu), bukannya fision (memecah belah) demi kemajuan perusahaan. Semua dimulai dari pendidikan karakter. Pelajaran mengenai karakter itu perlu waktu, bahkan seumur hidup.
Tujuan Pelatihan ini adalah sbb:
1. Memperkenalkan atasan, karyawan lama dan karyawan baru agar lebih saling kenal dan tidak ada perasaan negative/salah paham satu sama lain dan lebih mudah dalam bekerja sama.
2. Mengoptimalkan diri sebagai pengusaha dan karyawan dengan membuka pikiran sebesar-besarnya mengenai dunia kerja.
3. Menjelaskan mengenai kekuatan dari perbedaan karakter karyawan terhadap kerja sama di perusahaan sehingga karyawan lama dan baru dimotivasi untuk saling terbuka satu sama lain untuk bekerja sama.
2. Resume Training
Power of Difference dapat diartikan sebagai kekuatan dari perbedaan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan ini dapat menjadi kekuatan atau kelemahan, tergantung cara pandang dan cara meresponinya. Setiap orang dapat memberikan respon bervariasi mengenai perbedaan itu. Contoh: ada pernyataan “makan untuk hidup” atau “hidup untuk makan”. Ada yang menyetujui “makan untuk hidup” karena hidup dipandang lebih dari sakadar makan saja; atau makna hidup tidak terbatas pada makan saja.
2.1 Problem
Problem dapat diartikan sebagai “ujian”. Lima macam problem yang mungkin terjadi di dalam dunia kerja, yaitu salah paham, salah persepsi, kambing hitam (scape goat), kecerobohan, dan kecelakaan (accident). Lima macam problem ini sering terjadi di dalam dunia kerja dan karyawan perlu memahami penyebab terjadinya dan solusinya.
A. Salah Paham
Salah paham dapat terjadi antara atasan dengan karyawan dan antara sesama karyawan. Salah paham itu biasanya terjadi diantara orang yang saling kenal dekat. Contoh mengenai salah paham:
• Pengusaha: ingin untung sebesar-besarnya dengan pengeluaran sekecil-kecilnya. Hal ini berarti perusahaan ingin untung besar, tetapi kurang/tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan. Karyawan: ingin kerja santai dengan gaji besar. . Hal ini berarti karyawan ingin gaji besar tetapi tidak memberi produktivitas kerja yang besar kepada perusahaan. Kalau kedua paham ini diadu, maka bertolak belakang, terjadi salah paham dan memicu konflik antara perusahaan dengan karyawan.
Salah paham terjadi karena salah baca situasi. Karakter yang baik, ternyata belum tentu bisa membaca situasi. Niat yang baik, tetapi belum tentu memberikan hasil yang baik. Atasan dan karyawan harus memiliki kesatuan visi dan misi, saling percaya dan saling bekerja sama agar mencegah/mengatasi terjadinya salah paham dan agar berkembang bersama-sama. Perusahaan menjadi fasilitator, dan karyawan sebagai “investor” dalam bekerja. Visi yang besar bila tidak ditunjang oleh sikap atasan dan sikap karyawan yang benar, maka dapat membahayakan perusahaan. Oleh sebab itu, salah paham harus diselesaikan melalui komunikasi yang terbuka, serta harus berani berbicara yang benar di saat yang tepat.
B. Salah Persepsi
Salah persepsi dapat terjadi karena karyawan biasanya dipersalahkan sehingga menjadi sungkan untuk berpendapat. Penyebab lain adalah adanya pandangan Boss always right; if boss is wrong, but he is still right sehingga karyawan cenderung bersikap tutup mulut saat ada kesalahan dan tidak mau ambil risiko dimarahi kalau berbicara.
Ada beberapa persepsi karyawan yang mungkin muncul dalam bekerja:
• Pamer atau mau bekerja dengan benar (keluar sebagai pemenang); ada karyawan yang perlu diperintah dulu sebelum bekerja, Karyawan yang hanya mau pamer itu akhirnya malah overacting dan kalah.
• Ada juga karyawan yang memberi inspirasi dan sudah tahu sendiri apa yang harus dikerjakan. Tidak cukup hanya menyenangkan atasan, tetapi kemampuan karyawan harus bertambah dan berkembang dalam bekerja seiring dengan bertambahnya masa kerja.
Karyawan memberi input ke atasan dan atasan memberi input ke bawahan agar dapat saling introspeksi diri, kerja sama dan memajukan Perusahaan. Namun, memberi input itu harus pada tempatnya, dan jangan salah memberi input agar tidak fatal akibatnya. Tidak boleh ada perasaan rendah diri, atau merasa yang lain lebih penting dari yang lain. Kalau perusahaan suatu saat bertambah besar, maka perusahaan harus memberi kesempatan untuk berkembang, menerima karyawan baru. Perusahaan pun merasa terhormat karena melakukan ekspansi untuk menerima karyawan baru. Karyawan baru dan karyawan laam itu tetep bekerja sama untuk kemajuan perusahaan. Karyawan harus punya persepsi kerja yang benar, yaitu dengan bekerja maksimal, maka bukan hanya perusahaan yang untung, melainkan juga karyawan dan konsumen ikut puas.
C. Kambing Hitam (Scape Goat)
Kambing hitam adalah sesuatu yang dipersalahkan sebagai ganti kesalahan sendiri. Dalam bekerja mungkin terjadi kesalahan. Karyawan yang tidak mau berbesar hati mengakui kesalahannya, maka cenderung mencari kambing hitam agar ia terbebas dari sanksi. Solusi: antara atasan dan karyawan harus diberi pengertian bahwa mengakui kesalahan/masalah melalui komunikasi terbuka adalah jauh lebih baik daripada mencari kambing hitam.
D. Kecerobohan
Kecerobohan dalam bekerja dapat dicegah. Solusi: yang dibutuhkan adalah hati-hati dan penuh perhitungan dalam bekerja.
E. Kecelakaan
Walaupun sudah bekerja sesuai peraturan, tetapi kecelakaan dapat terjadi. Penyebab kecelakaan, misalnya tidak memperhatikan situasi kerja yang ada (rekan kerja, suasana kerja, terlalu memaksakan diri, nekat, dll) sehingga terjadi kecelakaan. Solusi: perlu komunikasi dengan atasan dan sesama karyawan serta aktif mengamati perubahan dalam lingkungan kerja dan masyarakat.
2.2 Respon atas Problem
Karyawan mungkin tertawa saat terjadi salah paham, salah persepsi, kambing hitam (scape goat), kecerobohan, dan kecelakaan (accident), tetapi tidak boleh marah jika orang lain yang juga menertawakannya. Kelima problem ini merupakan sumber masalah di perusahaan. Pemimpin yang baik seharusnya mengetahui penyebab masalah dan solusinya.
Problem lainnya adalah bagaimana jika diri sendiri yang menjadi korban. Dua sikap yang muncul saat menjadi korban adalah merasa diri sebagai korban lalu mencari korban baru (efeknya berulang); atau mau belajar. Karyawan yang menjadi korban dari masalah seharusnya mengajari karyawan yang lain agar tidak mengalami hal yang sama. Guru lebih pintar daripada murid karena guru selalu mengulangi. Ilmu harus diajarkan bukannya ditutupi. Karyawan dan atasan harus bekerja sama agar tidak jatuh sendirian ked lm lobang yang sama. Kalau ilmu itu diajarkan maka diri sendiri tidak akan lupa dan membuat orang lain jadi ikut pintar juga.
Kelima problem itu dapat diselesaikan dengan peraturan baru dan kerja sama yang baik dan jangan mengandalkan satu atau dua orang saja. Jangan mengambil keputusan jika sedang marah agar tidak membuat keputusan yang salah dan fatal. Problem muncul jika bekerja sendiri sehingga kita harus bekerja sama demi kemajuan pabrik. Tidak ada orang yang siap menghadapi problem, tetapi mereka dapat mempersiapkan agar masalah tidak terjadi lebih parah. Bila karyawan bekerja dengan benar, maka berkat itu datang. Kerja itu sebagai ibadah dan investasi.
2.3 Problem Solusion
Problem itu diartikan sebagai kesempatan, yaitu kesempatan untuk berkembang secara ilmu dan emosional melalui penyelesaian problem. Namun, di dalam problem itu tidak boleh mencari masalah lagi, dan problem tidak boleh dihadapi hanya sendiri. Attitude tiap karyawan dapat diketahui melalui terjadinya masalah itu dapat diketahui mana orang yg ber-attitude baik dan buruk. Sebelum terjadinya masalah, maka attitude karyawan harus baik dahulu. Tidak masalah apakah dia itu karyawan baru atau lama, yang penting adalah kemauan untuk belajar.
Mengenali karakter diri satu sama lain itu butuh waktu dan proses karena itu mengenali orang dimulai dari mengenal karakternya dulu. Karakter itu dapat mempengaruhi pekerjaan satu sama lainnya. Yang penting adalah para karyawan dengan berbagai karakter berbeda itu harus mau bekerja bersama untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dengan kombinasi dari karakter itu, dampak yang diinginkan adalah kekuatan besar untuk menghasilkan perubahan yang lebih baik. Namun, tidak bisa memaksa orang lain berubah seperti yang perusahaan ingin, tetapi yang penting adalah karyawan mengetahui dan mengerti siapa dirinya sendiri. Karyawan yang tahu dan mengerti siapa dirinya sendiri adalah orang yang dapat dibantu dan mau belajar.
2.4 Keberhasilan Yang Penting (Ditujukan untuk Bagian Sales & Marketing)
Ada tiga jenis keberhasilan dalam sales dan marketing, yaitu product selling, personal selling, dan job selling.
• Product selling = produk yang bagus sehingga laku terjual, misalnya merek yang bagus. Sebelum karyawan bekerja di Perusahaan, teryata banyak yang tidak tahu tentang Produk Perusahaan.
• Personal selling = Kemampuan karyawan untuk menjual produk karena kepribadian menyenangkan sehingga bisa menjual produk. Produk bisa laris terjual karena personal serius mengerjakan dan karakter personal yang baik. Personal selling penting untuk semua karyawan agar dapat menjual produknya.
• Job selling = pekerjaan yang menyenangkan sehingga bisa menjual dengan baik. Karyawan harus mengetahui job description yang jelas dan spesifik. Job description akan diubah bila ybs pindah kerja.
Product selling, personal selling, dan job selling ini sama-sama penting, tetapi perlu diketahui kekuatan Perusahaan di mata karyawan dan di mata konsumen. Produk yang laku bukanlah produk yang karyawan suka, tetapi yang konsumen suka. Tugas marketing adalah memperkenalkan kwaci agar lebih dan semakin dikenal masyarakat. Jadi, karyawan harus mengenali diri sendiri, produk, dan target konsumen sehingga dapat menjual produk.
Executive mapping adalah pola pikir bahwa untuk menjadi perusahaan bagus, maka perusahaan harus didukung oleh karyawan yang “bintang”. Proses untuk menjadi karyawan bintang masih sangat terbuka. Misalnya proses itu dimulai dari reservoir (karyawan baru) ke problemer (Job Profile Model), lalu ke star; atau dimulai dari reservoir (karyawan baru) ke performers (personal value), lalu ke star. Penilaian kerja dilakukan secara objektif dari segi personal dan kinerja.
Pedoman perilaku karyawan dalam bekerja adalah pengalaman, sikap, pengetahuan. Setiap orang memiliki sisi kepribadian yang negatif, dan ybs harus diberitahu mengenai keburukannya itu, melalui beberapa cara agar tidak menyinggung perasaannya, misalnya tidak menimbulkan kesalahpahaman/merasa dihakimi; tiap orang bercermin sendiri saja sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing; introspeksi diri sebelum menegur orang lain; tidak menghukum diri sendiri atau orang lain seumur hidup.
2.4 Attitude Kerja Yang Dibutuhkan oleh Konsumen
Beberapa macam attitude kerja yang ada, misalnya wibawa atau tabrak; karisma atau janji manis; rasa aman atau keras kepala; kebijaksanaan atau kritik. Baik konsumen maupun karyawan, membutuhkan partner kerja yang berwibawa, berkarisma, memberi rasa aman, dan bijaksana.
• Tampil berwibawa: belajar lebih sering untuk taat dan katakan “ya” dari dalam hati untuk setiap perintah (pekerjaan) yang diterima. Target: closing.
• Karisma: belajar lebih sering tersenyum dan memberi salam. Target: recruitment.
• Rajin dan damai: melakukan semua tugas di depan mata dan lebih sering mendengarkan respon konsumen, kemudian membuat laporannya. Target: persistency. Semua karyawan harus berikan laporan kerja secara teratur.
• Bijaksana: berpikir lebih sering dan lebih lama sebelum mengatakan tidak setuju atau mengkritik ide seseorang, dan ungkapkan dengan tertulis. Target: goal setting/planning.
Jebakan karakter: terlalu nekat, menghakimi, dan minder. Tidak perlu nekat menghadapi masalah sendiri. Konsultasi terlebih dahulu dan perlu banyak belajar juga sehingga dapat berjalan dengan baik. Atasan juga sebaiknya tidak terlalu overprotektif dan beri kepercayaan kepada karyawan untuk berkembang.
2.5 Kesimpulan
Karyawan dengan karakter yang berbeda-beda satu sama lain, tetapi perbedaan ini harus digunakan untuk fusion (bekerja sama dan bersatu), bukannya fision (memecah belah) demi kemajuan perusahaan. Semua dimulai dari pendidikan karakter. Pelajaran mengenai karakter itu perlu waktu, bahkan seumur hidup.
Kamis, 04 November 2010
Langganan:
Postingan (Atom)